Besi dan Senyawa Kompleks
Unsur transisi periode keempat umumnya memiliki
elektron valensi pada subkulit 3d yang belum terisi penuh (kecuali unsur Seng
(Zn) pada Golongan IIB). Hal ini menyebabkan unsur transisi periode keempat
memiliki beberapa sifat khas yang tidak dimiliki oleh unsur-unsur
golongan utama, seperti sifat magnetik, warna ion, aktivitas katalitik,
serta kemampuan membentuk senyawa kompleks. Unsur transisi periode keempat
terdiri dari sepuluh unsur, yaitu Skandium (Sc), Titanium (Ti), Vanadium (V),
Kromium (Cr), Mangan (Mn), Besi (Fe), Kobalt (Co), Nikel (Ni), Tembaga (Cu),
dan Seng (Zn).
Dalam satu periode dari kiri (Sc) ke kanan (Zn),
keelektronegatifan unsur hampir sama, tidak meningkat maupun menurun secara
signifikan. Selain itu, ukuran atom (jari-jari unsur) serta energi ionisasi
juga tidak mengalami perubahan signifikan. Oleh sebab itu, dapat disimpulkan
bahwa semua unsur transisi periode keempat memiliki sifat kimia dan sifat
fisika yang serupa. Hal ini berbeda dengan unsur utama yang mengalami perubahan
sifat yang sangat signifikan dalam satu periode
Unsur transisi periode keempat umumnya memiliki
keelektronegatifan yang lebih besar dibandingkan unsur Alkali maupun Alkali
tanah, sehingga kereaktifan unsur transisi tersebut lebih rendah bila
dibandingkan Alkali maupun Alkali Tanah. Sebagian besar unsur transisi periode
keempat mudah teroksidasi (memiliki E°red negatif), kecuali unsur
Tembaga yang cenderung mudah tereduksi (E°Cu = + 0,34 V). Hal ini
berarti bahwa secara teoritis, sebagian besar unsur transisi periode keempat
dapat bereaksi dengan asam kuat (seperti HCl) menghasilkan gas hidrogen,
kecuali unsur Tembaga. Akan tetapi, pada kenyataanya, kebanyakan unsur transisi
periode keempat sulit atau bereaksi lambat dengan larutan asam akibat
terbentuknya lapisan oksida yang dapat menghalangi reaksi lebih lanjut. Hal ini
terlihat jelas pada unsur Kromium. Walaupun memiliki potensial standar reduksi
negatif, unsur ini sulit bereaksi dengan asam akibat terbentuknya lapisan
oksida (Cr2O3) yang inert. Sifat inilah yang dimanfaatkan
dalam proses perlindungan logam dari korosi (perkaratan).
Dibandingkan unsur Alkali dan Alkali Tanah,
unsur-unsur transisi periode keempat memiliki susunan atom yang lebih rapat (closed
packing). Akibatnya, unsur transisi tersebut memiliki kerapatan (densitas)
yang jauh lebih besar dibandingkan Alkali maupun Alkali Tanah. Dengan demikian,
ikatan logam (metallic bonds) yang terjadi pada unsur transisi lebih
kuat. Hal ini berdampak pada titik didih dan titik leleh unsur transisi yang
jauh lebih tinggi dibandingkan unsur logam golongan utama. Selain itu, entalpi
pelelehan dan entalpi penguapan unsur transisi juga jauh lebih tinggi
dibandingkan unsur logam golongan utama.
Unsur transisi periode keempat memiliki tingkat
oksidasi (bilangan oksidasi) yang bervariasi. Hal ini disebabkan oleh tingkat
energi subkulit 3d dan 4s yang hampir sama. Oleh sebab itu, saat unsur transisi
melepaskan elektron pada subkulit 4s membentuk ion positif (kation), sejumlah
elektron pada subkulit 3d akan ikut dilepaskan. Bilangan oksidasi umum yang
dijumpai pada tiap unsur transisi periode keempat adalah +2 dan +3. Sementara,
bilangan oksidasi tertinggi pada unsur transisi periode keempat adalah +7 pada
unsur Mangan (4s2 3d7). Bilangan oksidasi rendah umumnya
ditemukan pada ion Cr3+, Mn2+, Fe2+, Fe3+,
Cu+, dan Cu2+, sedangkan bilangan oksidasi tinggi
ditemukan pada anion oksida, seperti CrO42-, Cr2O72-,
dan MnO4-.
Perubahan bilangan oksidasi ditunjukkan oleh perubahan
warna larutan. Sebagai contoh, saat ion Cr+7 direduksi menjadi ion
Cr3+, warna larutan berubah dari orange (jingga) menjadi
hijau.
Cr2O72-(aq)
+ 14 H+(aq) + 6 e-
——> 2 Cr3+(aq) + 7 H2O(l)
Besi (Fe) adalah unsur yang cukup melimpah di kerak
bumi (sekitar 6,2% massa kerak bumi). Besi jarang ditemukan dalam keadaan bebas
di alam. Besi umumnya ditemukan dalam bentuk mineral (bijih besi), seperti hematite
(Fe2O3), siderite (FeCO3), dan magnetite
(Fe3O4).
Logam Besi bereaksi dengan larutan asam klorida
menghasilkan gas hidrogen. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
Fe(s) + 2 H+(aq)
——> Fe2+(aq) + H2(g)
Larutan asam sulfat pekat dapat mengoksidasi logam
Besi menjadi ion Fe3+. Sementara larutan asam nitrat pekat akan
membentuk lapisan oksida Fe3O4 yang dapat menghambat
reaksi lebih lanjut. Umumnya, Besi dijumpai dalam bentuk senyawa dengan tingkat
oksidasi +2 dan +3. Beberapa contoh senyawa Besi (II) antara lain FeO (hitam),
FeSO4. 7H2O (hijau), FeCl2 (kuning), dan FeS
(hitam). Ion Fe2+ dapat dengan mudah teroksidasi menjadi
ion Fe3+ bila terdapat gas oksigen yang cukup dalam larutan Fe2+.
Sementara itu, senyawa yang mengandung ion Besi (III) adalah Fe2O3
(coklat-merah) dan FeCl3 (coklat).
Tembaga (Cu) merupakan unsur yang jarang ditemukan di
alam (precious metal). Tembaga umumnya ditemukan dalam bentuk
senyawanya, yaitu bijih mineral, seperti kalkopirit (CuFeS2)
dan kalkosit (Cu2S). Logam Tembaga dapat diperoleh melalui
pemanggangan kalkopirit, seperti yang dinyatakan dalam persamaan reaksi
di bawah ini :
2 CuFeS2(s) + 4 O2(g)
——> Cu2S(s) + 2 FeO(s) + 3 SO2(g)
Cu2S(s) + O2(g) ——>
2Cu(l) + SO2(g)
Logam Tembaga dapat dimurnikan melalui proses
elektrolisis. Logam Tembaga memiliki koduktivitas elektrik yang tinggi. Dengan
demikian, logam tembaga sering digunakan sebagai kawat penghantar listrik.
Selain itu, Tembaga juga digunakan pada pembuatan alloy (sebagai contoh,
kuningan, merupakan alloy dari Cu dan Zn),bahan pembuatan
pipa, dan bahan dasar pembuatan koin (uang logam).
Logam Tembaga bereaksi hanya dengan campuran asam
sulfat dan asam nitrat pekat panas (dikenal dengan istilah aqua regia).
Bilangan oksidasi Tembaga adalah +1 dan +2. Ion Cu+ kurang stabil
dan cenderung mengalami disproporsionasi dalam larutan. Reaksi yang
terjadi adalah sebagai berikut :
2 Cu+(aq) ——> Cu(s)
+ Cu2+(aq)
Semua senyawa Tembaga (I) bersifat diamagnetik dan
tidak berwarna (kecuali Cu2O yang berwarna merah), sedangkan semua
senyawa Tembaga (II) bersifat paramagnetik dan berwarna. Senyawa hidrat
yang mengandung ion Cu2+ berwarna biru. Beberapa contoh senyawa yang
mengandung Tembaga (II) adalah CuO (hitam), CuSO4.5H2O
(biru), dan CuS (hitam).
Senyawa Koordinasi adalah senyawa
yang terbentuk dari ion sederhana (kation maupun anion) serta ion kompleks.
Unsur transisi periode keempat dapat membentuk berbagai jenis ion kompleks. Ion
kompleks terdiri dari kation logam transisi dan ligan. Ligan adalah molekul
atau ion yang terikat pada kation logam transisi. Interaksi antara kation
logam transisi dengan ligan merupakan reaksi asam-basa Lewis. Menurut Lewis,
ligan merupakan basa Lewis yang berperan sebagai spesi pendonor (donator)
elektron. Sementara itu, kation logam transisi merupakan asam Lewis yang
berperan sebagai spesi penerima (akseptor) elektron. Dengan demikian, terjadi
ikatan kovalen koordinasi (datif) antara ligan dengan kation
logam transisi pada proses pembentukan ion kompleks. Kation logam transisi
kekurangan elektron, sedangkan ligan memiliki sekurangnya sepasang elektron
bebas (PEB). Beberapa contoh molekul yang dapat berperan sebagai ligan adalah H2O,
NH3, CO, dan ion Cl-.
Bilangan koordinasi adalah jumlah
ligan yang terikat pada kation logam transisi. Sebagai contoh, bilangan
koordinasi Ag+ pada ion [Ag(NH3)2]+
adalah dua, bilangan koordinasi Cu2+ pada ion [Cu(NH3)4]2+
adalah empat, dan bilangan koordinasi Fe3+ pada ion [Fe(CN)6]3-
adalah enam. Bilangan koordinasi yang sering dijumpai adalah 4 dan 6.
Berdasarkan jumlah atom donor yang memiliki
pasangan elektron bebas (PEB) pada ligan, ligan dapat dibedakan menjadi monodentat,
bidentat, dan polidentat. H2O dan NH3 merupakan
ligan monodentat (mendonorkan satu pasang elektron). Sedangkan Etilendiamin (H2N-CH2-CH2-NH2,
sering disebut dengan istilah en) merupakan contoh ligan bidentat (mendonorkan
dua pasang elektron). Ligan bidentat dan polidentat sering disebut sebagai agen
chelat (mampu mencengkram kation logam transisi dengan kuat).
Muatan ion kompleks adalah penjumlahan dari muatan
kation logam transisi dengan ligan yang mengelilinginya. Sebagai contoh, pada
ion [PtCl6]2-, bilangan oksidasi masing-masing ligan (ion
Cl-) adalah -1. Dengan demikian, bilangan oksidasi Pt (kation logam
transisi) adalah +4. Contoh lain, pada ion [Cu(NH3)4]2+,
bilangan oksidasi masing-masing ligan (molekul NH3) adalah 0 (nol).
Dengan demikian, bilangan oksidasi Cu (kation logam transisi) adalah +2.
Berikut ini adalah beberapa aturan yang berlaku dalam
penamaan suatu ion kompleks maupun senyawa kompleks :
1. Penamaan
kation mendahului anion; sama seperti penamaan senyawa ionik pada umumnya.
2. Nama-nama
ligan dituliskan sesuai urutan alfabetis. (awalan yang menunjukkan jumlah tidak
memengaruhi urutan alfabetis)
· Berikan awalan
pada ligan-ligan sesuai jumlahnya. Ligan-ligan monodentat memiliki
awalan : di-, tri-, tetra-, penta-, heksa-,
dst. sesuai jumlahnya. Ligan-ligan polidentat diberi awalan bis-, tris-,
tetrakis-, dst.
· Ligan anion diakhiri
dengan huruf 'o', misalnya oksalat menjadi oksalato, dan jika
anion tersebut memiliki akhiran -ida, maka akhiran tersebut dihilangkan
misalnya sianida menjadi siano.
· Ligan netral
diberikan nama umumnya, kecuali amina untuk NH3, aqua
atau aquo untuk H2O, karbonil untuk CO, dan nitrosil
untuk NO
3. Nama ligan
yang sering terlibat dalam pembentukan ion kompleks dapat dilihat pada Tabel
Nama Ligan.
4. Ketika
beberapa ligan sejenis terdapat dalam ion kompleks, digunakan awalan di-,
tri-, tetra-, penta-, heksa-, dan sebagainya.
5. Bilangan oksidasi kation logam transisi dinyatakan
dalam bilangan Romawi.
6. Ketika ion
kompleks bermuatan negatif, nama kation logam transisi diberi akhiran –at. Nama
kation logam transisi pada ion kompleks bermuatan negatif dapat dilihat pada
Tabel Nama Kation pada Anion Kompleks.
Tabel Nama Ligan
Ligan
|
Nama Ligan
|
Bromida, Br-
|
Bromo
|
Klorida, Cl-
|
Cloro
|
Sianida, CN-
|
Siano
|
Hidroksida, OH-
|
Hidrokso
|
Oksida, O2-
|
Okso
|
Karbonat, CO32
|
Karbonato
|
Nitrit, NO2-
|
Nitro
|
Oksalat, C2O42-
|
Oksalato
|
Amonia, NH3
|
Amina
|
Contoh
Senyawan kompleks
a. [Ni(C2O4)Na(CO)2] : Natrium
Dikarbonilo-bis-oksalatonikelat(II)
b. [Co(CN)2Na(C2O4)2] : Natrium
Bis-oksalato-disianokobaltat(II)
c. [Mn4F(C5H5N)4]Cl :
Monofluoro-pentapiridinmangan(IV) Klorida
d. [Co(NH3)4(Br2)]NO3 :
Tetraamina-dibromokobalt(III) Nitrat
e. Ni(CO)4
: nikel
tetrakarbonill
f. Na AuF4 : Natrium tetrafluoro aurat(III)
g. [Cr(en)3]Cl3 :tris-(etilendiamin)
kromium (III) klorida
Kata kunci : kopleks, besi, oksalat, oksalato, ligan, logam, bilangan
koordinasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar