Pembuatan Etil Asetat
Latar Belakang
Lebih dari sejuta senyawa terdiri dari gabungan karbon dengan hidrogen,
oksigen, nitrogen, atau beberapa unsur
tertentu keseluruhan senyawa tersebut merupakan bagian dari kimia organik.
Unsur karbon sangat istimewa karena memiliki kemampuan untuk mengadakan ikatan
kovalen yang kuat dengan sesamanya. Atom-atom karbon dapat membentuk rantai
lurus, bercabang atau berbentuk cincin. Kemungkinan penyusunan ikatan yang tak
terhingga dengan atom lain oleh atom karbon menyebabkan tingginya
keanekaragaman senyawa tersebut.
Senyawa organik yang menunjukkan sifat keasaman yang cukup besar dan
banyak sekali ditemukan di alam adalah karboksilat. Senyawa ini mempunyai rumus
umum RCOOH dimana COOH adalah gugus fungsi yang menunjukkan sifat keasaman
sedangkan R dapat berupa hidrogen, alkil, atau aril. Contoh asam karboksilat
yang banyak dijumpai di alam adalah asam asetat dan asam butanoat yang
menyebabkan bau tengik dan rasa asam dari mentega.
Ester merupakan turunan dari senyawa asam karboksilat yang banyak
terdapat di alam dan memiliki aroma khas. Ester dapat dihasilkan melalui reaksi
antara asam karboksilat dengan alkohol
yang dikenal dengan nama esterifikasi dan biasanya menggunakan katalis asam.
Reaksi akan berlangsung dengan baik jika direfluks bersama sedikit asam sulfat.
Oleh karena itu, pentingnya diadakan percobaan ini adalah dapat mengetahui dan
memahami proses pembuatan suatu ester dari reaksi antara asam karboksilat
dengan alkohol.
Etil asetat merupakan senyawa organik dengan rumus molekul C2H5COOCH3.
Senyawa ini berwujud cairan yang tak berwarna, bersifat polar, tidak beracun
dan memiliki aroma yang khas. Senyawa ini banyak digunakan sebagai pelarut yang
umum misalnya pada industri lem. Oleh karena itu, penting dilakukan percobaan
ini agar dapat mengetahui cara pembuatan etil asetat.
Tujuan
-
Mengetahui
volume destilat yang diperoleh
-
Mengetahui
karakteristik etil asetat yang diperoleh
-
Mengetahui
reaksi yang digunakan dalam proses pembuatan etil asetat
-
Mengetahui
fungsi penggunaan natrium karbonat pada percobaan
Prinsip
Prinsip percobaan ini adalah pembuatan senyawa etil
asetat yang didasarkan pada reaksi esterifikasi yaitu merefluks sebuah asam
karboksilat dengan etanol dengan menggunakan katalis asam yaitu H2SO4.
Kemudian didestilasi dengan suhu 70-75oC agar etil asetat terpisah
dari campurannya. Kemudian destilat yang diperoleh di netralkan Na2CO3
agar pHnya netral.
Landasan Teori
Senyawa organik yang menunjukkan sifat keasaman yang
cukup besar dan banyak sekali di alam adalah asam karboksilat. Senyawa ini
memiliki rumus umum RCOOH, dimana –COOH adalah gugus karboksilat yang menandai
sifat keasaman sedangkan R dapat berupa hidrogen, gugus alkil, atau gugus Anl.
Senyawa karboksilat sangat banyak dijumpai di alam, sebagai contoh
adalah asam asetat (CH3COOH) dan asam butanoat (CH3CH2CH2COOH),
asam butanoat merupakan penyebab bau
tengik dan rasa asam pada mentega, asam heksanoat CH3(CH2)4COOH,
suatu aroma khas yang dikeluarkan oleh domba. Senyawa lain seperti asam kolat
merupakan komponen utama pada empedu manusia, asam ini merupakan asam alifatik
rantai panjang yang merupakan prekursor senyawa lemak atau lipid (Riswiyanto.
2008)
Seperti alkohol, asam karboksilat dapat membentuk ikatan hidrogen dengan
sesamanya. Bahkan dimer (pasangan asam karboksilat yang berikatan hidrogen)
dapat dijumpai dalam keadaan gas dari asam yang berbobot molekul rendah.
Karena adanya ikatan hidrgen, titik didih dan titik leleh asam
karboksilat lebih tinggi dibanding senyawa lain yang bobot molekulnya sama.
Semua asam karboksilat aromatik dan asam
dikarboksilat adalah padatan kristal pada suhu kamar.
Gugus karboksil dalam asam
bersifat polar dan mudah berikatan hidrogen dengan molekul air. Asam
format, asetat, propionat dan butirat bercampur sempurna dengan air, tetapi
kelarutan asam karboksilat yang berbobot molekul lebih besar, berkurang dengan
tajam. Asam lemak amat menarik karena panjangnya ekor hidrokarbon yang
nonpolar dan gugus karboksil yang polar.
Bila sedikit asam lemak dijatuhkan ke permukaan air, senyawa tersebut menyebar
membentuk lapisan ekamolekul, yaitu lapisan setipis satu molekul asam.
(Wilbraham, 1992).
Ester, salah satu dari kelas-kelas senyawa organik yang sangat berguna
dapat diubah menjadi aneka ragam senyawa lain. Ester lazim dijumpai dalam alam,
lemak dan lilin adalah ester. Ester juga digunakan untuk polimer sintetik
Dacron misalnya, adalah suatu poliester.
Ester atsiri menyebabkan aroma yang sedap dalam buah dan parfum. Cita
rasa buah alamiah merupakan ramuan rumit bermacam-macam.
Citarasa buah sintetik biasanya hanya merupakan ramuan sederhana dari
berbagai ester dengan beberapa ester yang lain; oleh karena itu, citarasa sntetik jarang dapat
menyamai citarasa alamiah yang sesungguhnya. (Fessenden. 1982).
PEMBUATAN ESTER : ESTERIFIKASI
FISCHER
Jika suatu asam karboksilat dan
alkohol dan katalis asam (biasanya HCl atau H2SO4),
dipanaskan, terdapat kesetimbangan dengan ester dan air.
Proses ini dinamakan esterifikasi fischer, yaitu berdasarkan nama Emil Fischer, kimiawan
organik abad 19 yang mengembangkan metoda ini. Walaupun reaksi ini adalah
reaksi kesetimbangan dapat juga digunakan untuk membuat ester dengan hasil yang
tinggi dengan menggeser kesetimbangan ke kanan. Hal ini dapat dicapai dengan
beberapa teknik. Jika harga alkohol atau asam, murah, dapat digunakan jumlah
berlebihan. Cara lain ialah dengan memisahkan ester dan/atau air yang terbentuk
(dengan penyulingan) sehingga menggeser reaksi ke kanan. (Hart. 1983).
Mari kita ambil contoh yang khas.
Jika asam salsilat dan metil alkohol bereaksi, hasilnya ialah metil salsilat
Metil salsilat, yang juga disebut minyak gandapura digunakan untuk membentuk
cita rasa dan dalam obat gosok untuk
mengurangi nyeri otot. Beberapa cara digunakan untuk mengganggu kesetimbangan
reaksi tersebut agar hasil produksinya meningkat. Reaksi esterifikasi dapat
digeser ke arah reaksi sempurna jika digunakan salah satu pereaksi (asam atau
alkohol) secara berlebihan, atau air yang
terbentuk dibuang dari campuran reaksi.
Produksi ester secara industri
dilakukann dengan mereaksikan anhidrida asam dengan alkohol. Ester penting yang
dibuat dengan cara ini adalah asetil salsilat atau aspirin. Asam asetil
salsilat dibuat dari anhidrida asetat dan asam salsilat :
Seperti hal nya hidrolisis
anhidrida asetat, ini juga reaksi asilasi. Bedanya, penerima gugus asetil
adalah alkohol, bukan air. Asam salsilat adalah asam nekafungsi, karena adanya
gugus hidroksil dan karboksil dalam satu molekul ini berarti bahwa senyawa
tersebut dapat bereaksi sebagai asam atau alkohol, bergantung pada pereaksi
lainnya. Dalam pembentukan metil salsilat, asam salsilat bertindak sebagai asam
sehingga reaksi berlangsung pada gugus karboksil. Dalam pembuatan aspirin, asam
salsilat bertindak sebagai alkohol dan reaksinya dengan anhidrida asetat
berlangsung pada gugus hidroksil. Aspirin adalah antipiretika (penurun demam)
dan analgetika (penawar nyeri). Aspirin biasanya dijual sebagai garam
natriumnya, yaitu natrium asetil salsilat. Polimer dari ester disebut juga
poliester, dianggap penting secara industri karena kegunaannya dalam pembuatan
asetat tiruan.
PENYABUNAN DAN AMONOLISIS ESTER
Hidrolisis basa suatu ester dikenal dengan istilah penyabunan, karena
jenis reaksi ini digunakan dalam pembuatan sabun dari lemak.
Penyabunan sangat berguna untuk menguraikan ester-ester yang tidak
diketahui, antara lain hasil-hasil alam, menjadi bagian-bagian lebih kecil
untuk memudahkan penetapan strukturnya.
Asam karboksilat dapat diubah menjadi turunan-turunannya, yaitu dengan
mengganti bagian hidroksil gugus karboksil dengan macam-macam gugus. Ester dan
amida banyak terdapat di alam. Tetapi anhidrida dari asam karboksilat tidak
umum terdapat di alam, sedangkan asil halida adalah ciptaan laboratorium.
Ester diturunkan dari asam dengan mengganti gugus OH dengan gugus OR.
Ester diberi nama seperti penamaan pada garam.
Perhatikan bahwa bagian R dari gugu OH disebutkan
dahulu, diikuti dengan nama asam yang berakhiran –at. Tidak kurang dari 53
ester ditemukan dari buah pear. Campuran ester juga digunakan dalam essense
buatan. (Hart. 1983).
Metodologi
Alat-alat
Neraca analitik,
Kaca arloji, Spatula, Erlenmeyer, Gelas kimia, Pipet tetes, Hot plate, Heat
mantle, Batang pengaduk, Labu leher dua, Pendingin Liebig, Selang, Pompa, Ember,
Termometer, Kondensor bola, Panci, Corong kaca, Magnetic stirer, Gelas ukur, Labu
alas bulat, Statif + klem, Cutter, pH universal.
Bahan-bahan
CH3COONa,
Alkohol 95%, H2SO4 (p), Batu didih, Na2CO3,
Kertas saring, Tisu, Plastik hitam, Gelang karet, Sumbat gabus.
Prosedur Percobaan
-
Ditimbang 10
gram CH3COONa
-
Ditambahkan 100
mL C2H5OH 95%
-
Dipanaskan
sambil distirer
-
Dicampur 50 mL C2H5OH
95% dan 10 mL H2SO4 (p) di dalam gelas kimia lain
-
Dipindahkan
campuran CH3COONa dan etanol 95% ke dalam labu alas bulat
-
Dirangkai alat
refluks
-
Dimasukkan
campuran etanol 95% dan H2SO4 (p) melalui kondensor bola sedikit demi
sedikit
-
Direfluks
campuran selama 1 jam pada suhu 60-70oC
-
Disaring, residu
dibuang dan filtratnya diambil
-
Dimasukkan
filtrat ke dalam labu berleher dua
-
Ditambahkan batu
didih
-
Dirangkai alat
destilasi
-
Didestilasi
filtrat selama 1 jam pada suhu sekitar 70-75oC
-
Dinetralkan
destilat dengan Na2CO3
-
Diukur volume
destilat dengan Na2CO3
-
Diukur volume
destilat yang diperoleh.
Pembahasan
Etil asetat adalah senyawa organik dengan rumus CH3CH2COOCH3.
Senyawa ini merupakan ester dan etanol dan asam asetat. Senyawa ini berwujud
cairan tak berwarna, memiliki aroma khas. Senyawa ini sering disingkat EtOAc,
dengan Et mewakili gugus etil dan OAc mewakili asetat. Etil asetat memiliki
sifat-sifat antara lain.
Sifat Fisik :
-
Volatil
-
Tidak beracun
-
Tidak
higroskopis
-
Memiliki aroma
yang khas
-
Massa molar:
88,12 g/mol
-
Titik lebur=
-83,6oC
-
Titik didih=
77,1oC
Sifat Kimia
:
-
Pelarut polar
menengah
-
Dapat berikatan
hidrogen dari donor ikatan hidrogen namun bersifat lemah
-
Dapat dihidrolis
dalam keadaan asam atau basa menghasilkan asam asetat dan etanol kembali
Pada percobaan pembuatan etil asetat ini diawali dengan menimbang CH3COONa
sebanyak 10 gram lalu dicampur dengan etanol 95% 100 ml lalu distirer hingga
homogen. Kemudian dimasukkan ke labu alas bulat dan dirangkai alat refluks. Di
beaker gelas lain, diukur 50 ml etanol 95% dan 10 ml H2SO4 (p)
lalu campuran ini dimasukkan kedalam labu alas bulat melalui kondensor bola
yang bertujuan agar dapat mendinginkan campuran H2SO4 (p) dengan etanol 95% karena reaksi
tersebut bersifat eksoterm. Setelah kedua larutan dicampurkan, campuran
tersebut direfluks selama 1 jam pada suhu 60oC. Setelah direfluks
terbentuk terbentuk cairan berwarna putih dengan endapan berwarna putih.
Campuran putih tersebut merupakan garam CH3COONa dan endapan putih
tersebut adalah hasil samping dari reaksi antara CH3COONa dengan C2HSOH
yaitu NaOH yang tidak dapat larut dalam etil asetat. Lalu campuran disaring
dimana filtratnya diambil dan residunya yang berwarna putih dibuang. Filtrat
yang berwarna bening tersebut adalah etil asetat yang masih bercampur dengan
pelarutnya sehingga harus dipisahkan lagi dengan destilasi. Kemudian dimasukkan
kedalam labu berleher dua lalu di destilasi selama 1 jam pada suhu sekitar
70-75oC karena di perkirakan pada suhu tersebut akan diperoleh
fraksi etil asetat murni. Dalam proses destilasi ditambahkan batu didih yang
berfungsi sebagai pemerata panas selama proses destilasi berlangsung sehingga
pada labu berleher dua tidak terjadi ledakan (bumping). Setelah destilasi,
destilat yang diperoleh di tambahkan Na2CO3 hingga pH
destilat =7 yang di uji dengan indikator universal. Kemudian di ukur volume
destilat yang diperoleh. Etil asetat yang diperoleh dari percobaan memiliki
karakteristik berupa cairan berwarna bening dengan aroma yang khas dan mudah
menguap.
Pada percobaan hanya diperoleh etil asetat sebanyak 1,8 ml. Hal ini
disebabkan terjadi kesalahan. Faktor-faktor kesalahan antara lain :
-
Kesalahan dalam
proses destilasi.
-
Dalam proses
destilasi tidak dijaga 70-75oC sehingga kemungkinan ada fraksi lain
yang ikut bersama destilat sehingga etil asetat yang diperoleh tidak murni.
-
Terjadi
kebocoran pada sumbat gabus sehingga etil asetat menguap.
-
Pada pendingin
destilat yang tidak sempurna sehingga destilat yang diperoleh menguap terlebih
dahulu.
Adapun fungsi bahan dan perlakuan dalam percobaan
antara lain :
-
Etanol 95%
berfungsi sebagai bahan baku dalam pembuatan etil asetat. Konsntrasi etanol 95%
diharapkan dapat menggeser kesetimbangan kearah kanan sehingga produk/etil
asetat yang diperoleh semakin banyak.
-
CH3COONa
berfungsi sebagai bahan baku dalam pembuatan etil asetat, penyedia oAt atau
gugus asetat.
-
H2SO4
(p) berfungsi sebagai katalis
dalam percobaan.
-
Na2CO3
berfungsi untuk menetralkan destilat sehingga etil asetat yang terbentuk
memiliki pH=7. Digunakan Na2CO3 karena garam ini bersifat
basa yang mana hasil reaksinya tidak mempengaruhi produk. Hasil reaksinya
berupa H2CO3 dan akan terurai menjadi H2O dan
CO2.
-
Batu didih
berfungsi sebagai pemerata panas pada proses destilasi.
-
Indikator
universal berfungsi untuk menguji pH pada destilat.
-
Kertas saring
berfungsi untuk memisahkan cairan hasil refluks dengan endapan putih yang
terbentuk.
-
Es batu
berfungsi untuk mendinginkan destilat agar tidak menguap pada suhu kamar.
-
Fungsi perlakuan
pada percobaan antara lain :
-
Penimbangan dan
pengukuran volume berfungsi untuk mengetahui massa dan volume zat secara
akurat.
-
Penambahan
Magnetik stirer berfungsi untuk mempercepat homogennya campuran.
-
Campuran
direfluks pada suhu 60oC. Berfungsi untuk mereaksikan campuran pada
titik didih pelarutnya agar dapat bereaksi secara sempurna.
-
Penyaringan
campuran berfungsi untuk memisahkan cairan dengan endapan putih setelah proses
refluks.
-
Proses destilasi
pada filtrat pada suhu 70-75oC berfungsi untuk memisahkan fraksi
etil asetat dari larutan karena diperkirakan pada suhu 70-75oC akan
diperoleh fraksi etil asetat murni.
-
Pendinginan
dengan es batu pada destilat berfungsi agar destilat yang diperoleh tidak
menguap pada suhu kamar.
-
Pengujian pH
berfungsi untuk mengetahui pH pada destilat sehingga diperoleh pH netral.
Selain itu
dalam percobaan tidak digunakanair karena akan terjadi reaksi bolak
balik/reaksi reversible. Pada percobaan tidak digunakan pelarut air karena jika
reaksi esterifikasi digunakan pelarut air reaksinya akan reversible. Air akan
menghidrolisis ester menjadi etanol dan karboksilat kembali. Oleh karena itu,
pada percobaan tidak digunakan air untuk mencegah hidrolisis sehingga reaksi
irreversible.
Kesimpulan
-
Volume destilat
yang diperoleh adalah 1,8 mL.
-
Karakteristik
etil asetat yang diperoleh pada percobaan adalah berupa cairan berwarna bening
dengan bau yang khas dan mudah menguap.
-
Reaksi yang digunakan dalam proses pembuatan etil asetat ini adalah reaksi esterifikasi yaitu
reaksi pembentukan ester dengan mereaksikan secara langsung suatu asam
karboksilat dengan alkohol dengan katalis asam.
-
Fungsi Natrium
karbbonat adalah untuk memisahkan kadar air dan asam sulfat yang terdapat pada etil asetat, selain
itu untuk menetralkan etil asetat yang terbentuk.
Referensi
Fessenden. 1982.
Kimia Organik Jilid 2. Jakarta :
Erlangga.
Hart, Harold.
1983. Kimia Organik. Jakarta :
Erlangga.
Riswiyanto.
2008. Kimia Organik. Jakarta :
Erlangga.
Wilbraham, A.C. 1992. Pengantar Kimia Organik dan Hayati.
Jakarta : Erlangga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar