Hidrogen
Sebagai Sel
Bahan Bakar : Sumber Energi Masa
Depan
Latar Belakang
Energi menjadi komponen penting bagi kelangsungan hidup manusia karena hampir
semua aktivitas kehidupan manusia sangat tergantung pada ketersediaan energi yang cukup. Dewasa ini dan beberapa tahun ke depan, manusia masih akan tergantung
pada sumber energi fosil karena sumber
energi fosil inilah yang mampu memenuhi
kebutuhan energi manusia dalam skala besar. Sedangkan sumber energi alternatif / terbarukan belum dapat
memenuhi kebutuhan energi manusia dalam skala
besar
karena fluktuasi potensi dan tingkat keekonomian yang belum bisa bersaing dengan energi konvensional.
Di lain pihak, manusia dihadapkan pada situasi menipisnya cadangan sumber energi
fosil
dan meningkatnya kerusakan lingkungan
akibat penggunaan
energi fosil. Melihat kondisi tersebut maka saat ini sangat diperlukan penelitian yang intensif
untuk mencari, mengoptimalkan dan menggunakan sumber energi alternatif /
terbarukan. Hasil penelitian tersebut diharapkan
mampu mengatasi beberapa permasalahan yang berkaitan dengan penggunaan energi fosil.
Salah satu bentuk energi terbarukan yang
dewasa ini menjadi perhatian besar pada
banyak negara, terutama di negara maju adalah hidrogen. Hidrogen diproyeksikan oleh banyak negara akan menjadi bahan bakar masa depan yang lebih ramah
lingkungan dan lebih efisien. Dimana suplai energi yang dihasilkan sangat bersih karena hanya menghasilkan uap air sebagai emisi selama berlangsungnya proses.
Daya hidrogen terutama dalan bentuk sel bahan bakar hidrogen (hydrogen fuel cells)
menjanjikan
penggunaan bahan bakar yang tidak terbatas dan tidak polusi, sehingga
menyebabkan ketertarikan banyak perusahaan energi terkemuka di dunia, industri otomotif maupun pemerintahan.
Teknologi sel bahan bakar ini dengan begitu banyak keuntungan yang dijanjikan menimbulkan gagasan "hydrogen economy" dimana hidrogen dijadikan sebagai bentuk energi utama yang dikembangkan.
Hidrogen
Hidrogen (bahasa Latin: hydrogenium, dari bahasa Yunani: hydro: air, genes: membentuk)
adalah unsur kimia pada tabel periodik yang memiliki simbol H dan
nomor atom 1. Pada suhu dan tekanan standar, hidrogen tidak berwarna, tidak berbau, bersifat non-logam,
bervalensi tunggal, dan merupakan gas diatomik yang sangat
mudah
terbakar. Dengan massa atom 1,00794 amu, hidrogen adalah unsur teringan di
dunia.
Hidrogen juga adalah unsur paling melimpah dengan persentase kira-kira 75% dari
total massa unsur alam semesta. Kebanyakan bintang dibentuk oleh hidrogen dalam
keadaan plasma. Senyawa hidrogen relatif langka dan jarang dijumpai secara alami di
bumi, dan biasanya dihasilkan secara industri
dari berbagai senyawa hidrokarbon seperti metana. Hidrogen juga dapat dihasilkan dari air melalui proses elektrolisis,
namun proses ini secara komersial lebih mahal daripada produksi hidrogen dari gas alam.
Isotop hidrogen yang
paling banyak dijumpai di alam adalah protium, yang inti atomnya
hanya mempunyai proton tunggal dan
tanpa
neutron. Senyawa
ionik hidrogen dapat bermuatan positif (kation) ataupun negatif (anion). Hidrogen dapat
membentuk senyawa dengan kebanyakan unsur dan dapat dijumpai dalam air dan senyawa-senyawa organik. Hidrogen sangat penting dalam reaksi asam basa yang
mana banyak rekasi ini melibatkan pertukaran proton antar molekul terlarut. Oleh karena hidrogen merupakan satu-satunya atom netral yang persamaan Schrödingernya dapat diselesaikan secara analitik, kajian pada energetika dan ikatan
atom
hidrogen memainkan peran yang sangat
penting dalam perkembangan mekanika
kuantum.
Gas
hidrogen sangat mudah terbakar dan akan terbakar pada konsentrasi serendah 4% H2 di
udara bebas. Entalpi
pembakaran
hidrogen adalah -286 kJ/mol.
Hidrogen terbakar menurut persamaan kimia:
2 H2(g) + O2(g) → 2 H2O(l) + 572 kJ (286 kJ/mol)
Ketika dicampur dengan oksigen dalam berbagai perbandingan, hidrogen meledak
seketika disulut dengan api dan akan meledak sendiri pada temperatur 560 °C. Lidah api hasil pembakaran hidrogen-oksigen
murni memancarkan gelombang ultraviolet
dan
hampir tidak terlihat dengan mata telanjang. Oleh karena itu, sangatlah sulit
mendeteksi terjadinya kebocoran hidrogen secara visual. Kasus meledaknya
pesawat
Hindenburg adalah salah satu contoh terkenal dari pembakaran hidrogen. Karakteristik lainnya
dari api
hidrogen
adalah
nyala
api cenderung menghilang
dengan cepat di udara, sehingga kerusakan akibat ledakan hidrogen lebih ringan dari
ledakan hidrokarbon.
Dalam kasus kecelakaan Hidenburg, dua
pertiga dari
penumpang
pesawat selamat dan kebanyakan kasus meninggal disebabkan oleh
terbakarnya bahan bakar diesel yang bocor.
H2 bereaksi secara langsung
dengan
unsur-unsur
oksidator lainnya.
Ia bereaksi
dengan spontan dan hebat pada suhu kamar dengan klorin dan fluorin,
menghasilkan
hidrogen halida berupa hidrogen klorida dan hidrogen fluorida.
Hidrogen adalah unsur yang paling melimpah di alam semesta ini dengan persentase
75% dari barion berdasarkan massa dan lebih dari 90% berdasarkan jumlah atom.
Unsur ini ditemukan dalam kelimpahan yang besar di bintang-bintang dan planet-
planet gas raksasa. Awan molekul
dari
H2 diasosiasikan dengan pembentukan bintang. Hidrogen memainkan peran penting dalam pemberian energi bintang melalui
reaksi proton-proton dan fusi nuklir daur CNO.
Di seluruh alam semesta ini, hidrogen kebanyakan ditemukan dalam keadaan atomik
dan plasma yang
sifatnya
berbeda dengan
molekul
hidrogen.
Sebagai plasma, elektron
hidrogen
dan
proton
terikat
bersama, dan
menghasilkan
konduktivitas elektrik yang sangat tinggi dan daya pancar yang tinggi (menghasilkan
cahaya dari matahari dan bintang
lain). Partikel yang bermuatan dipengaruhi oleh medan magnet dan medan listrik. Sebagai contoh,
dalam angin surya, partikel-partikel ini
berinteraksi dengan magnetosfer bumi dan mengakibatkan
arus Birkeland dan
fenomena Aurora. Hidrogen
ditemukan dalam keadaan atom netral di medium antarbintang. Sejumlah besar atom hidrogen netral yang ditemukan di sistem Lyman-
alpha teredam diperkirakan mendominasi
rapatan barionik alam semesta sampai
dengan pergeseran merah z=4.
Dalam keadaan normal di bumi, unsur
hidrogen
berada dalam keadaan gas diatomik, H2. Namun, gas hidrogen
sangatlah langka di atmosfer
bumi
(1 ppm berdasarkan
volume) oleh karena beratnya yang ringan yang menyebabkan gas hidrogen lepas dari
gravitasi bumi. Walaupun
demikian, hidrogen masih merupakan
unsur paling melimpah di permukaan bumi ini. Kebanyakan hidrogen bumi berada dalam keadaan
bersenyawa dengan unsur lain seperti hidrokarbon
dan
air. Gas hidrogen dihasilkan
oleh beberapa jenis bakteri dan ganggang.
2. Fuel Cells ( Sel Bahan Bakar )
Di zaman modern seperti sekarang
ini, listrik bukanlah hal yang baru lagi bagi kita.
Energi multifungsi
ini
sangat berperan besar dalam kehidupan. Terutama untuk
manusia. Bahkan mungkin, kita tak akan bisa hidup walau sehari tanpa listrik.
Sebaliknya, hal itu tidak berlaku pada zaman dulu, ketika listrik belum ditemukan. Penerangan di malam hari saja, saat itu sudah cukup dengan mengandalkan api. Beruntung, kita hidup di zaman yang canggih seperti sekarang. Segala alat, sarana, dan prasarana penunjang dan pemanja hidup sudah lengkap tersedia.
Tentu
kita masih
ingat
bagaimana evolusi
energi
listrik terjadi hingga
seperti
sekarang. Salah satu tahapnya adalah penggunaan accumulator atau yang biasa kita
sebut sebagai accu atau aki. Alat penghasil listrik ini dulu sering
kita
jumpai sebagai
penghidup televisi.
Seorang
berkebangsaan Inggris yang bernama Sir William Robert Grove, manusia pertama pembuat alat sederhana yang
belakangan disebut sebagai fuel cell. Seorang
hakim pengadilan,
penemu, dan ahli fisika lahir tanggal 11 juli 1811 di Swansea,
South Wales dan meninggal di London pada tanggal 1 Agustus 1896.
Setelah
menyelesaikan
pendidikan privatnya,
Grove masuk Brasenose College,
Oxford hingga mendapatkan gelar B.A. di tahun 1832. Beliau juga belajar hukum
pada Lincoln Inn.
Kariernya dalam bidang ilmu pengetahuan dimulai sejak dia membuat voltaic battery yang dijelaskannya pada pertemuan The British Association for the Advancement of Science di tahun 1839. Fuel cell yang
dibuatnya terdiri atas elektrolit asam, keping platina serta tabung gas oksigen dan hidrogen, dan menggunakan
prinsip reaksi balik terbentuknya air, di mana hidrogen dan oksigen akan bereaksi dalam larutan asam dan menghasilkan air dan listrik dengan arus sebesar 12 ampere dan tegangan 1,8
volt. Sel ini kemudian
disebut sebagai Grove`s Battery atau baterai Grove atau sel Grove.
Sejak
saat itu
sel
groove
banyak digunakan.
Akan tetapi,
karena
listrik yang
dihasilkan
sedikit dan tidak mencukupi lagi untuk kebutuhan listrik yang semakin
besar, lambat laun sel Grove mulai tergeser. Namun,
sel
Grove tetap menjadi dasar
acuan pengembangan fuel cell selanjutnya.
Temuan-temuan
fuel cell selanjutnya bermunculan. Di tahun 1889, kata fuel cell
pertama kali diperkenalkan oleh Ludwig
Mond
dan Charles Langer yang mencoba membuat fuel cell yang dipakai untuk industri batu bara. Walaupun sumber lain ada
juga yang
mengatakan bahwa
kata fuel cell pertama kali dipakai oleh William White Jaques.
Jaques juga adalah peneliti pertama yang memakai asam fosfat sebagai elektrolit.
Di tahun 1920 penelitian fuel cell di Jerman membuka
jalan bagi pembuatan siklus
karbonat dan fuel cell oksida padat seperti
yang ada sekarang ini.
Di tahun 1932, seorang insinyur Francis T. Bacon memulai penelitian penting dalam fuel cell. Dulunya fuel cell menggunakan
elektroda platina dan asam sulfat sebagai
elektrolit di mana platina sangat mahal dan asam sulfat sangat korosif (membuat cepat berkarat). Di sini Bacon mengembangkan katalis platina yang sangat mahal itu dengan sel oksigen dan hidrogen yang memakai elektrolit alkali yang
tidak korosif
serta
elektroda yang tidak mahal. Penelitiannya berlangsung hingga tahun 1959. dalam pendemonstrasian model desainnya menghasilkan 5.000 watt yang dapat menghidupkan mesin pengelas. Fuel cell tersebut akhirnya disebut sebagai Bacon
Cell.
Seorang insinyur Allis-Chalmers Manufacturing Company,
di bulan Oktober tahun
1959 mendemonstrasikan 20 traktor bertenaga kuda yang merupakan mesin pertama
menggunakan fuel cell.
Sebuah produsen alat elektronik terkenal di Amerika,
selama tahun 1960-an
memproduksi
tenaga listrik berbasis fuel cell untuk NASA sebagai tenaga pesawat
ruang angkasanya yaitu Gemini dan Apollo.
Sistem fuel cell yang dipakai dalam alat
ini
berdasar pada sel Bacon. Sampai sekarang, tenaga yang dipakai dalam pesawat
ruang angkasa tetap memakai fuel cell karena dengan fuel cell energi yang dipakai
tidak terlalu ribet seperti baterai atau tenaga nuklir yang cukup
riskan. Dalam hal
penelitian teknologi fuel cell, NASA telah mendanai lebih dari 200 riset.
Bus yang memakai teknologi fuel cell pertama kali diluncurkan pada tahun 1993 dan
untuk mobil biasa di Eropa
dan Amerika kini
telah
banyak
dipakai.
Sejumlah produsen mobil mewah dan produsen mobil kelas menengah juga mulai
mengembangkan mobil yang memakai fuel cell ini, sejak tahun 1997.
Sejak saat itu bermunculan temuan-temuan yang lebih mutakhir tentang mobil yang
bertenaga fuel cell ini. Promosi yang dilakukan besar-besaran dengan mengedepankan
ramah dan amannya emisi yang dihasilkan kendaraan sehingga
lingkungan yang bebas polusi dan takkan mengganggu
lingkungan, kemudian juga
dapat diperbaruinya bahan bakar yang akhirnya mengurangi pemakaian BBM. Ditambah lagi bermunculannya tempat-tempat penjualan bahan bakar
ini, seperti
adanya pom-pom hidrogen.
Tak hanya itu, teknologi fuel cell yang
ditemukan juga menjadi bervariasi, seperti ditemukannya fuel cell yang lebih efisien dalam menghasilkan gas hidrogen hingga
jumlahnya semakin berlipat. Teknologi ini bahkan melibatkan proses fermentasi oleh mikroba yang sebelumnya sangat mustahil sekali di dalam produksi bahan bakar.
Teknologi ini berkembang sejak tahun 2.000 yang kita kenal sebagai MFC atau Microbial Fuel Cell. MFC ini selain menghasilkan hidrogen yang banyak hingga 4 kali lipat dari fuel cell biasa, substrat yang
dipakai mikroba dalam berfermentasi adalah limbah rumah tangga, industri
ataupun limbah pertanian yang tidak terpakai
sehingga selain yang dihasilkan adalah gas hidrogen juga didapatnya
produk akhir berupa air bersih yang tentu saja dapat dipakai untuk berbagai macam kebutuhan.
Dan jelas hal ini bisa mengurangi
sejumlah dana yang dipakai untuk pembersihan air limbah. Walaupun memang MFC ini belum dapat dipakai di dalam menghidupkan mobil seperti fuel cell sebelumnya, sejumlah pakar peneliti merasa optimistis hal itu dapat terwujud karena penelitian ke arah itu sedang dalam pengembangan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar