BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Senyawa koordinasi adalah senyawa yang terbentuk dari ion sederhana (kation
maupun anion) serta ion kompleks. Unsur transisi periode keempat dapat
membentuk berbagai jenis ion kompleks. Ion kompleks terdiri dari kation logam
transisi dan ligan. Ligan adalah molekul atau ion yang terikat pada kation
logam transisi. Contoh ion kompleks adalah [Cu(NH3)4]2+.
Ion Cu2+ dapat dibuat menjadi garam kompleks Tembaga (II)
Amonium Sulfat Berhidrat dan Tembaga (II) Tetra Amin Sulfat Berhidrat dengan
reaksi antara larutan pekat yang mengandung ion Cu2+, ion amonium
dan sulfat.
Kedua garam ini mempunyai struktur yang berbeda. Kristalnya seperti kristal
monoklin dan rumus molekulnya adalah Cu(NH4)2(SO4)2.6H2O
atau CuSO4(NH4)2SO4.6H2O.
Dalam hal ini 4 dari 6 molekul airnya merupakan ion tembaga (II) hidrat, Cu(H2O)2.2H2O.
Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui pembuatan dan mengenal sifat garam
rangkap tembaga (II) amonium sulfat heksahidrat dan tembaga (II) sulfat
monohidrat.
1.2 Tujuan
Percobaan
-
Mengetahui
fungsi penambahan NH4OH pada pembuatan kristal Tembaga (II) Tetra
Amin Sulfat Berhidrat
-
Mengetahui
persen rendemen dari kristal yang terbentuk
-
Mengetahui
karakteristik kristal yang terbentuk
1.3 Prinsip
Percobaan
1.3.1
Tembaga (II)
Amonium Sulfat Berhidrat
Pembuatan Tembaga
(II) Amonium Sulfat Berhidrat adalah proses rekristalisasi dari suatu senyawa
berhidrat yaitu garam sulfat pentahidrat dinmana dalam proses pengkristalan
terbentuk hidrat yang terkristalisasi dengan senyawa kompleks yaitu Cu(H2O)4(NH4)2(SO4)2.2H2O
dengan ligannya yaitu H2O dan atom pusat adalah Cu2+.
1.3.2
Tembaga (II)
Tetra Amin Sulfat Berhidrat
Pembentuk
Tembaga (II) Tetra Amin Sulfat berhidrat dari larutan CuSO4.5H2O
yang direaksikan dengan NH4OH sebagai senyawa yang akan menjadi
logam amin (NH3) lalu direaksikan lagi dengan etanol 70% sehingga
membentuk senyawa kompleks Cu(NH3)4SO4.H2O
dengan NH3 sebagi ligan yang akan berikatan dengan pusat Cu2+.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAK
Kimia
Koordinasi atau kimia kompleks adalah bagian dari ilmu kimia yang mempelajari
senyawa-senyawa koordinasi atau senyawa kompleks. Senyawa-senyawa ini
molekul-molekulnya tersusun dari gabungan dua atau lebih molekul yang sudah
jenuh, misaalnya :
BF3 + NH3 ----------> BF3.NH3
4KCN
+ Fe(CN)2 ---------> Fe (CN)2.4KCN
CoCl3
+ 6NH3 -----------> CoCl3.6NH3
PtCl2 + KCl + C2H4 -------> PtCl2.KCl.C2H4
Co(NO2)3 +
KNO2 + 2NH3 ----> Co(NO2)3.KNO2.2NH3.
(Sukardjo,1985)
Teori
koordinasi dari Warner merupakan dasar bagi kimia koordinasi. Teori ini yang mendasarkan
adanya valensi sekunder dapat menjelaskan sifat-sifat serta stereokimia dari
banyak senyawa kompleks. Walaupun demikian, dengan adanya perkembangan yang
sesat tentang teori ataom modern dan kenyataan bahwa teori Warner tidak dapat
menjelaskan banyak sifat-sifat senyawa kompleks, timbul teori-teori baru
tentang kimia koordinasi.
Teori
ikatan dalam senyawa-senyawa kompleks mula-mula diberikan oleh Lewis dan
Sidgwik. Teori ini karena tidak dapat menjelaskan bentuk-bentuk geometri
senyawa-senyawa kemudian ditinggalkan. Tiga teori yang kemudian timbul adalah :
a. Teori ikatan valensi atau Valence Band Theory
(VBT)
b. Teori medan kriatal atau Crystal Field Theory
(CFT) dan
c. Teori orbital molekul atau Molekular Orbital
Theory (MOT)
(Sukardjo,1985)
Logam-logam
transisi dapat membentuk ion-ion kompleks yang beragam. Contohnya adalah logam
tembaga. Tembaga adalah logam merah muda, yang lunak, dapat ditempa, dan liat.
Ia melebur pada 10380C. Karena potensial elektroda standarnya
positif (+0,34 V untuk pasangan Cu/Cu2+), ia tak larut dalam asam
klorida dan asam sulfat encer, meskipun dengan
adanya oksigen ia bisa larut sedikit. Ada dua deret senyawa tembaga.
Senyawa-senyawa tembaga (I) diturunkan dari Tembaga (I) Oksida Cu2O
yang merah, dan mengandung ion Tembaga (I), Cu2+. Senyawa-senyawa
ini tak berwarna, kebanyakan garam Tembaga tak larut dala air, perilakunya
mirip senyawa perak (I). Mereka mudah dioksidasi menjadi senyawa Tembaga (II)
Oksida, CuO hitam. Garam-garam Tembaga (II) umumnya berwarna biru, baik dalam
bentuk hidrat,padat,maupun dalam larutan air. Garam-garam temabaga (II)
anhidrat, seperti Tembaga(II) Sulfat Anhidrat CuSO4, berwarna putih
(atau sedikit kuning). Dalam larutan air selalu terdapat ion kompleks tetraakuo
(Svehla,1990).
Tembaga
memilki elektron s tunggal di luar kulit 3d yang terisi. Ini agak kurang umum
dengan golongan alkali kecuali stoikiometri formal dalam tingkat oksidasi +1.
Kulit d yang terisi jauh kurang efektif daripada kulit gas mulia dalam
melindungi elektron s dalam muatan inti, sehingga potensial pengionan pertama
Cu lebih tinggi daripada golongan alkali. Karena elektron-elektron pada kulit d
juga dilibatkan dalam ikatan logam, panas penyubliman dan titik leleh tembaga
jauh lebih tinggi daripada alkali. Faktor-faktor ini bertanggung jawab bagi
sifat lebih mulia tembaga. Pengaruhnya adalah membuat lebih kovalen dan memberi
energi kisi yang tinggi (Cotton and Wilkinson,1989).
Kebanyakan
Cu (I) cukup mudah teroksidasi menjadi Cu(II), namun oksidasi selanjutnya
menjadi Cu(III) adalah sulit. Terdapat kimiawi larutan Cu2+ yang
dikenal baik, dan sejumlah besar garam berbagai anion didapatkan, banyak
diantaranya larut dalam air, menambah perbendaharaan kompleks.
(Cotton and Wilkinson,1989).
Tembaga
merupakan logam berwarna kuning merah dan logam yang kurang aktif. Bijih
tembaga terpenting ialah kalkopirit (CuFeS2). Pemurnian tembaga
dapat menggunakan elektrolisis. Penggunaan
utama adalah untuk kabel listrik, selain itu juga sebagai paduan logam.
Dalam
ilmu kimia, kompleks atau senyawa koordinasi merujuk pada molekul atau entitas
yang terbentuk dari penggabungan ligan dari ion logam. Suatu ion (atau molekul)
kompleks terdiri dari satu atom (ion) pusat itu. Jumlah relatif komponen ini
dalam kompleks yang stabil nampak mengikuti stoikiometeri yang sangat tertentu,
meskipun ini tidak dapat ditafsirkan dalam lingkup konsep valensi yang klasik.
Atom pusat ini ditandai oleh bilangan koordinasi, suatu angka bulat, yang
menunjukkan jumlah ligan (monodentat) yang dapat membentuk kompleks yang stabil
dengan satu atom pusat. Pada kebanyakan kasus, bilangan koordinasi adalah 6
(seperti dalam kasus Fe2+, Fe3+, Zn2+, Cr3+,
Co3+, Ni2+, Cd2+) kadang-kadang 4 (Cu2+,Cu+,Pt2+),
tetapi bilangan-bilangan 2 (Ag+)
dan 8 (beberapa ion dari golongan Platinum) juga terdapat.
dan 8 (beberapa ion dari golongan Platinum) juga terdapat.
Bilangan
koordinasi menyatakan jumlah ruangan yang tesedia sekitar atom atau ion pusat
dalam apa yang disebut bulatan koordinasi, yang masing-masingnya dapat dihuni
satu ligan (monodentat). Susunan logam-logam sekitar ion pusat dengan bilangan
koordinasi 6, terdiri dari ion pusat, dipusat suatu oktahedron, sedang keenam
ligannya menempati ruang-ruang yang dinyatakan oleh sudut-sudut oktahedron itu.
Bilangan koordinasi 4 biasanya menunjukkan suatu susunan simetris yang
berbentuk tetrahedron, meskipun susunan yang datar (atau hampir datar), dimana
ion pusat berada di pusat berada di pusat suatu bujur sangkar dan keempat ion
menempati keempat sudut bujur sangkar itu, adalah juga umum (Svehla,1990).
·
Kompleks
Planar Segi Empat
Kompleks Planar Segi Empat
terjadi dari ikatan hibrida d sp2 dari atom pusat dengan ligan. Orbital d yang
ikut dalam ikatan ialah orbital d x2-y2
di bawah orbital s dan p.
Kompleks planar segi empat
terbentuk dari ion-ion pusat yang mempunyai struktur d8, seperti Ni2+,
Pd2+, dan Pt2+.
a.
Ion
tetrasianonikelat (II), [Ni(CN)4]2-
Ion ini terbentuk dari ikatan hibrida dsp2 dari Ni2+
dengan ion CN-. Ion [Ni(CN)4]2- bersifat
diamagnetik karena semua elektron telah berpasangan, Ion lain dengan struktur
sama : [PtCl4]2- dan [Pd Cl4]2-.
b.
Ion tetra
amine tembaga (II) [Cu(NH3)4]2+
Ion ini terdapat sebagai larutan Scweitzer,
bentuknya planar segi empat dan mempunyai momen magnet 1,8 B.M. Ini berarti
bahwa ikatan hibrida yang terjadi adalah dsp2 dan berisi satu elektron yang
tidak berpasangan.
Promosi
elektron dari orbital 3d ke orbital 4p, tidak cocok dengan kenyataan, Bila hal
ini benar, maka elektron tersebut harus mudah lepas, artinya kompleks mudah
teroksidasi. Kenyataannya tidak demikian.
Bila
elektron yang tidak berpasangan tetap berada di orbital 3d, hibridisasinya sp3
dan [Cu(NH3)4]2+ harus berbentuk tetra hedral.
Hal ini tidak sesuai dengan kenyataan, karena ion tersebut berbentuk planar
segi empat.
Struktur
ion tersebut dapat dijelaskan dengan teori medan kristal sebagai ben tuk
oktahedral yang mengalami distorsi.
·
Sifat
paramagnetik
Logam-logam
transisi berbeda dengan logam-logam dari periode pendek, karena pada
pembentukan ion-ion, logam ini tidak melepaskan semua valensi elektronnya.
Logam-logam transisi dati periode panjang yang pertama, membentuk ion dengan
melepaskan dua elektron dari orbital 4s dengan meninggalkan orbital 3d yang
tidak lengkap. Elektron-elektron ini menurut hukum Hund tidak berpasangan dan
spinnya berlawanan.
Karena
atom dengan elektron tidak berpasangan mempunyai momen magnet tetap, maka
senyawa-senyawa dari logam transisi ini bersifat paramagnetik, artinya dapat
ditarik oleh medan magnet (Sukardjo,1985).
·
Kompleks
garam tembaga (II)
Pelarutan
tembaga, hidroksida, karbonat dan sebagainya, dalam asam menghasilkan ion akua
hijau kebiruan yang dapat ditulis [Cu(H2O)6]2+,
dua dari molekul-molekul H2O yang berada lebih jauh daripada tempat
yang lainnya. Diantara berbagai kristal hidrat lainnya, sulfat biru CuSO4.5H2O
yang paling dikenal, Ia dapat terhidrasi menjadi zat anhidrat yang benar-benar
putih. Penambahan ligan kepada larutan akua menyebabkan pembentukan kompleks
dengan pertukaran molekul air secara berurutan dengan NH3. Misalnya
spesies [Cu(NH3) (H2O)5]2+ [Cu(NH3)4
(H2O)2]2+ dibentuk dengan cara normal, namun
penambahan molekul NH3 yang kelima dan keenam sulit. Molekul keenam
hanya dapat ditambahkan dalam cairan amonia (Cotton,2007).
Jika
larutan amonia ditambahkan ke dalam larutan ion Cu2+, larutan biru
berubah menjadi biru tua karena terjadinya pendesakan ligan air oleh ligan
amonia (Sugiharto,2003).
Reaksi
ion Cu2+ dengan OH- pada berbagai konsentrasi bergantung
pada metodenya. Penambahan ion hidroksida ke dalam larutan tenbaga (II) sulfat
secara bertetes-tetes dengan kecepatan mL/menit mengakibatakan terjadinya
endapan gelatin biru muda dari garam tembaga (II) hidroksi sulfat, bukan
endapan Cu(OH)2. Reaksi pengendapan sempurna terjadi pada pH 8, dan
nilai n bervariasi bergantung pada temperatur reaksi dan laju pertumbuhan
reaktan. Sebagai contoh dengan laju penambahan reaktan 1 mL/menit, reaksi
tersebut menghasilkan CuSO4.3Cu(OH)2. Jika reaksi
berlangsung pada suhu 200C dan CuSO4.4Cu(OH)2
pada suhu 240C.
Ligan
di dalam ion kompleks berupa ion-ion negatif seperti F- dan CN-
atau berupa molekul-molekul polar dengan muatan negatifnya mengarah pada ion
pusat seperti H2O atau NH3. Ligan ini akan menimbulkan
medan listrik yang akan menolak elektron terutama elektron dari ion pusat,
karena elektron d ini terdapat di orbital paling luar dari ion pusat bertambah.
Amoniak mempunyai pasangan elektron bebas atau lone pair elektron (Sukardjo,1985).
BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat
dan Bahan
3.1.1 Alat
- Neraca Analitik
- Corong kaca
- Beaker glass
- Batang pengaduk
- Erlenmeyer
- Gelas ukur
- Pipet tetes
- Hot plate
- Oven
- Wadah plastik
- Kaca Arloji
- Spatula
3.1.2 Bahan
- CuSO4.5H2O
- (NH4)2SO4
- NH4OH
- Etanol 70%
- Aquadest
- Es batu
- Kertas saring
- Tissue
- Garam dapur
3.2 Prosedur Percobaan
3.2.1 Tembaga (II) Amonium Sulfat Berhidrat
- Ditimbang masing-masing 0,5 gr CuSO4.5H2O
dan 0,5 gr (NH4)2SO4
- Dicampurkan kedua bahan
- Ditambahkan 2 mL air panas
- Didinginkan di atas es batu
- Disaring
- Dikeringkan endapan di dalam oven
- Ditimbang kristal yang diperoleh
3.2.2 Tembaga (II) Tetra Amin
Sulfat Berhidrat
- Ditimbang 0,5 gr CuSO4.5 H2O
- Ditambah 1 mL aquadest panas
- Ditambah 2,5 mL NH4OH
- Ditambah 2,5 mL etanol 70%
- Didinginkan dalam es batu
- Disaring
- Ditimbang kristal yang terbentuk
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Pengamatan
No.
|
Perlakuan
|
Pengamatan
|
1.
2.
|
Tembaga
(II) Amonium Sulfat Berhidrat
- Dicampur
0,5 gr CuSO4.5H2O dan 0,5 gr (NH4)2SO4
- Ditambahkan 2 mL H2O panas
- Didinginkan di atas es batu
- Disaring
- Endapan dikeringkan di dalam oven
- Ditimbang
Tembaga (II) Tetra Amin Sulfat Berhidrat
-
Ditimbang 0,5 gr CuSO4.5H2O
-
Ditambah 1 mL H2O panas
-
Ditambah 2,5 mL NH4OH
-
Ditambah 2,5 mL etanol 70%
-
Didinginkan dalam es batu
-
Dikeringkan dalam oven
-
Ditimbang
|
-
Larutan biru
-
Terbentuk endapan putih
-
Filtrat dibuang
-
0,5 gr endapan, biru muda, struktur halus, tidak
higroskopis
-
Kristal biru muda
-
Larutan biru muda
-
Larutan biru tua
-
Larutan biru kehijauan
-
Terbentuk endapan
-
0,32 gram kristal
|
4.2 Reaksi
CuSO4.5H2O
+ (NH4)2SO4 -------> Cu(H2O)4(NH4)2(SO4)2.6H2O
CuSO4.5H2O
+ 4 NH4OH --------> Cu(NH3)4
SO4.H2O
4.3 Perhitungan
4.3.1 Persen rendemen Tembaga (II) Amonium Sulfat
Berhidrat
- Berat endapan = 0,5
gr
- Berat endapan = 0,5
gr + 0,5 gr
= 1,0 gr
%
rendemen = Berat endapan x 100%
Berat sampel
= 0,5
gr x
100%
0,5
gr
= 50%
Dari percobaan
didapatkan Tembaga (II) Amonium Sulfat Berhidrat yang diperoleh adalah 0,5 gr
dari 0,5 gr CuSO4.5H2O dan 0,5 gr (NH4)2SO4.
Persen rendemen adalah 50%. Hal ini bererti dari 1 gr sampel yang direaksikan
dapat diperoleh 50% produk hasil sintesis.
4.3.2 Persen rendemen Tembaga (II) Tetra Amin
Sulfat Berhidrat
- Berat endapan = 0,32
gr
- Berat sampel = 0,5 gr
%
rendemen = 0,32 gr
x 100%
0,5
gr
= 64%
Dari percobaan
didapatkan 0,32 gr Tembaga (II) Tetra Amin Sulfat Berhidrat, dari 0,5 gr sampel
yang disintesis. Persen rendemen adalah 64%. Hal ini berarti dari 0,5 gr sampel
dapat dihasilkan 64% produk hasil sintesis.
4.4 Pembahasan
Prinsip percobaan pembuatan Tembaga
(II) Amonium Sulfat Berhidrat adalah didasarkan pada pembuatan senyawa kompleks
dengan prinsip rekristalisasi dimana suatu kristal CuSO4.5H2O
dilarutkan dalam aquadest panas lalu didinginkan agar mencapai derajat jenuh
lalu dikeringkan dan terbentuk kristal Tembaga (II) Amonium Sulfat Berhidrat.
Prinsip percobaan pembuatan Tembaga
(II) Tetra Amin Sulfat Berhidrat adalah pembuatan senyawa kompleks dengan
prinsip rekristalisasi. Dimana suatu kristal dilarutkan dalam aquadest panas
hingga larut lalu ditambahkan NH4OH dan etanol hingga memicu
terbentuknya endapan lalu campuran didinginkan dan disaring dimana endapannya
diambil lalu dikeringkan dalam oven dan terbentuk garam Tembaga (II) Tetra Amin
Sulfat Berhidrat.
Pada percobaan ini, mula-mula
dilakukan pembuatan Tembaga (II) Amonium Sulfat Berhidrat 0,5 gram CuSO4.5H2O
dan 0,5 gr (NH4)2SO4 dicampurkan lalu
dilarutkan dalam 2 mL H2O panas. Perbandingan berat kedua zat
dimaksudkan agar kedua zat yang bereaksi jumlahnya setara sehingga tepat saling
bereaksi. H2O panas agar kelarutan zat bertambah. Ligan NH3
dari (NH4)2SO4 mendesak ligan air dari CuSO4.5H2O
sehingga warna larutan menjadi biru. Setelah itu larutan didinginkan bertujuan
untuk menurunkan suhu sehingga kelarutan berkurang dan terbentuk endapan.
Endapan yang diperoleh dan disaring untuk memisahkan filtrat dari endapan.
Kemudian endapan dan kertas saring yang telah diketahui beratnya, dikeringkan
di dalam oven untuk menguapkan sisa filtrat, sehingga didapat berat endapan
adalah 0,5 gr Tembaga (II) Amonium Sulfat Berhidrat yang berwarna biru muda,
strukturnya halus dan tidak higroskopis.
Tembaga (II) Amonium
Sulfat Berhidrat, ligan yang mengikat pada atom pusat H2O.
Pada pembuatan Tembaga (II) Tetra
Amin Sulfat Berhidrat, mula-mula ditimbang 0,5 gr CuSO4.5H2O
yang dilarutkan dalam 1 mL H2O panas. Kemudian ditambahkan 2,5 mL NH4OH.
Ligan NH4OH akan mendesak ligan H2O dari CuSO4.5H2O
sehingga warna larutan menjadi biru tua. Penambahan ligan pada larutan
berhidrat menyebabkan terbentuknya senyawa kompleks akibat terjadinya
pertukaran molekul air dengan NH3 secara berurutan. Penambahan 2,5
mL etanol bertujuan untuk memicu terbentuknya endapan. Setelah itu larutan
didinginkan untuk menurunkan suhu sehingga kelarutan berkurang dan terbentuk
endapan. Endapan yang terbentuk disaring dan kemudian dikeringkan untuk
menguapkan sisa filtrat sehingga didapat kristal Tembaga(II) Tetra Amin Sulfat
Berhidrat.
Tembaga (II) Tetra
Amin Sulfat Berhidrat, ligan yang mengikat pada atom pusat adalah NH3.
Perbedaan
karakteristik dari kedua senyawa yang terbentuk adalah, kristal Tembaga (II)
Amonium Sulfat Berhidrat berwarna biru muda, halus dan tidak higroskopis.
Karakteristik kristal Tembaga (II) Tetra Amin Sulfat Berhidrat berwarna biru
keruh, dan kasar.
Fungsi perlakuan :
-
Penimbangan
untuk mengetahui massa kristal awal dan massa kristal yang terbentuk secara
akurat
-
Pengadukan
untuk mempercepat terjadinya reaksi akibat energi kinetik yang semakin besar
-
Pencampuran
kedua zat berfungsi agar kedua zat dapat saling bereaksi sehingga terbentuk senyawa
baru
-
Pendinginan
untuk mencapai derajat jenuh pada larutan sehingga endapan lebih cepat
terbentuk
-
Penyaringan
untuk memisahkan endapan senyawa kompleks yang terbentuk dari filtratnya
-
Pengeringan
untuk menguapkan pelarut sehingga diperoleh kristal yang kering tanpa
mengandung air
Fungsi reagen :
-
CuSO4.5H2O
sebagai bahan baku atau bahan utama dalam pembuatan garam Cu(NH4)3SO4.2H2O
dan Cu(NH4)2(SO4)2.6H2O
yaitu sebagai penyedia atom pusat Cu2+ yang berikatan dengan ligan.
-
(NH4)2SO4
sebagai ligan yang berikatan dengan Cu2+ dan mendesak molekul air
-
NH4OH
sebagai ligan yang mendesak molekul air lalu berikatan dengan Cu2+
-
Etanol 70%
untuk memekatkan larutan sehingga memicu endapan cepat terbentuk
-
H2O
panas untuk melarutkan, agar kelarutan bertambah digunakan H2O panas
agar kelarutan bertambah.
Adapun faktor-faktor
yang mempengaruhi kelarutan garam anorganik adalah :
1.
Sifat Solute
dan Solvent
Solute yang polar
akan larut dalam solvent yang polar pula, solute yang non polar akan larut
dalam solvent yang non polar pula.
2.
Cosolvensi
Consolvensi adalah
peristiwa kenaikan kelarutan suatu zat karena adanya penambahan pelarut lain
atau modifikasi pelarut.
3.
Temperatur
Zat padat yang bersifat endoterm
kelarutannya bertambah ketika suhu dinaikkan karena pada proses kelarutannya
membutuhkan panas.
4. Pembentukan Kompleks
Pembentukan
kompleks adalah peristiwa terjadinya interaksi antara senyawa tak larut dengan
zat yang larut dengan membentuk garam kompleks.
Senyawa
kompleks berhidrat adalah garam yang mengandung molekul air dalam perbandingan
tertentu yang terikat baik pada atom pusat atau terkristalisasi dengan senyawa
kompleks. Senyawa kompleks anhidrat adalah senyawa yang kehilangan atau tidak
memilki molekul air.
Faktor
kesalahan dalam percobaan :
-Kesalahan dalam penambahan reagen atau dalam penimbangan kristal
-Pengadukan yang tidak sempurna
-Pengeringan yang berlebihan
-
Pendinginan
campuran yang kurang lama sehingga endapan tidak terbentuk maksimal
Hibridisasi dari ion
Amonium Sulfat Berhidrat
Konfigurasi
dari :
Cu2+
= 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2
3d9
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
- Fungsi penambahan NH4OH pada pembuatan kristal Tembaga (II)
Tetra Amin Sulfat Berhidrat ialah sebagai ligan yang mnedesak molekul air lalu berikatan
dengan Cu2+.
- Persen
rendemen dari kristal Tembaga (II) Ammonium Sulfat Berhidrat adalah 50% dan
persen rendemen dari kristal Tembaga (II) Tetra Amin Sulfat Berhidrat adalah
64%
- Karakteristik
kristal Tembaga (II) Ammonium Sulfat Berhidrat adalah halus, berwarna biru muda
dan tidak higroskopis.
Karakteristik kristal Tembaga (II) Tetra Amin
Sulfat Berhidrat berwarna biru keruh dan kasar.
5.2 Saran
Menggunakan alkohol 95% agar dapat diketahui
perbedaan rendemen hasil yang diperoleh dari senyawa yang dibuat dengan akohol
70%
Cotton and Wilkinson. 1989. Kimia
Anorganik Dasar. UI-Press : Jakarta
Sugiyarto. 2003. Dasar-dasar Kimia
Anoraganik Logam. UI-Press
: Jakarta
Sukardjo. 1985. Kimia Koordinasi.
PT. Bina Aksara : Jakarta
Svehla, G.
1990. Vogel : Buku Teks Analisis
Anorganik Kualitatif Bagian I. PT Kalman Media Pusaka : Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar