Senin, 26 Maret 2012

TUGAS KIMIA FISIK 2



PENENTUAN BERAT MOLEKUL

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Cairan yang mudah menguap terdiri dari molekul – molekul yang mempunyai gaya antar molekul yang lemah, mereka cenderung bercerai berai oleh gerakan masing – masing. Beberapa molekul meniggalakan molekul induk cairan yang menguap. Gas mengembun menjadi cairan jika gaya antara molekul menjadi cukup kuat untuk mengalahkan energi kinetika molekul.
Banyak pengukuran gas memperlihat bahwa pada tekanan rendah, tekanan, volume dari jumlah gas dihubungkan dengan persamaan PV = nRT, dimana konstanta gas R sama untuk setiap gas. Persamaan ini disebut persamaan keadaan gas sempurna. Gas nyata bersifat tidak sempurna, yaitu gas yang tidak mematuhi dengan tepat hukum gas sempurna. Penyimpangan hukum terutama lebih terlibat pada tekanan tinggi dan temperatur rendah, khususnya pada saat gas akan mengembun menjadi cairan. Sifat dasar untuk mempelajari gas adalah tekanan dan temperaturnya.
Tekanan adalah gaya persatuan luas, dan makin besar gaya yang bekerja pada permukaan tertentu, makin besar tekanannya sedang temperatur adalah sifat yang menunjukkan arah aliran energi. Jadi, jika energi mengalir dari A ke B, akan katakan bahwa A mempunyai temperatur yang tinggi daripada B.
Pada percobaan ini, menentukan berat molekul suatu senyawa yang bersifat volatil berdasarkan pengukuran berat jenis gas dan syarat percobaan ini adalah cairan atau sampel harus bersifat volatil dan gasnya (yang dihasilkan) memenuhi persamaan gas ideal. Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui berat molekul kloroform (CHCl3) secara praktek.



1.2    Tujuan Percobaan
-        Mempengaruhi berat molekul kloroform secara praktek yang diperoleh pada percobaan ini.
-        Mengetahui tentang hukum gas ideal.
-        Mengetahui sifat – sifat dari kloroform.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

Penguapan Cairan
Cairan yang mudah menguap terdiri dari molekul – molekul yang mempunyai gaya antar molekul yang lemah, mereka cenderung bercerai berai oleh gesekan masing – masing, seperti yang ditun jukkan pada gambar (a) dan (b) dibawah, beberapa molekul meninggalkan induk cairan (menguap) jika kebetulan molekul itu berarah keatas dan cukup kecepatannya untuk mengalahkan gaya tarik yang lemah itu. Uap ialah nama keadaan gas suatu zat pada suatu tekanan dan temperatur, pada mana zat itu lazimnya
Terbentuk cairan yang mudah menguapkan dikatakan atsiri (volatil), etil eter adalah cairan yang sangat mudah menguap, minyak pelumas sukar menguap.
 
a)      Penguapan dari suatu wadah terbuka lebih banyak molekul yang pergi daripada yang kembali.
b)      Penguapam dalam wadah tertutup pada keadaan jenuh atau kesetimbangan, banyaknya molekul yang meninggalkan cairan persatuan sama dengan banyaknya molekul yang kembali.
Gas mengembun menjadi cairan, bila gaya antar molekul menjadi cukup kuat untuk mengalahkan energi kinetika molekul. Temperatur diatas mana suatu gas tak dapat dicairkan, beberapa besarnya tekanan disebut temperatur kritis untuk gas itu, kritis keadaan gas suatu zat dibawah kondisi pada mana lazimnya zat itu berbentuk suatu cairan atau zat padat disebut uap. Tekanan yang dilakukan oleh tekanan suatu kesetimbangan dengan fase padat ataupun fase cairan.
                                                                                                    (Keenan, dkk.1996)
Tiga alasan utama mengapa tekanan udara beranekaragam dari tempat ketempat ialah perubahan cuaca, tinggi atmosfer, dan gaya berat.
Tekanan udara seringkali mempunyai pengaruh yang penting pada volume gas yang diukur, karena tekanan rata – rata udara pada permukaan laut mendukung kolom merkurium tertinggi 760 mm, maka tekanan itu dirujuk sebagai satu atmosfer (atm) atau tekanan atmosfer, standar.
1 atm = 760 mmHg (atau 760 mm) = 760 torr
          = 1.01325 x 105 pascal (pa)
          = 14,7 pound perinch kuadrat (psi)
Hukum gas ideal merupakan bentuk gabungan dari keempat hukum gas yaitu hukum gas charles, hukum gas gay lussac, hukum boyle dan hukum Avogadro.
                                                                                                    (Keenan, dkk.1996)
Gas Sempurna
1.1 Keadaan gas
Selain volume (V) sifat dasar untuk mempelajari gas adalah tekanan (P) dan temperatur (T).
Tekanan adalah gaya persatuan luas, dan makin besar gaya yang bekerja pada permukaan tertent, makin besar tekanannya. Satuan SI tekanan, Pascal (Pa) dinyatakan sebagai 1 newton permeter persegi :
                     1 Pa = 1 Nm-2
Namun demikian, beberapa satuan lain masih banyak digunakan, yaitu meliputi Bar dan atmosfer (atm) :
                              1 bar  = 100 kPa tepat
                              1 atm = 101,325 kPa tepat
Tekanan suatu sample gas dalam sebuah wadah diukur dengan manometer.
Temperatur adalah sifat yang menunjukkan arah aliran energi. Hukum ke Nol temodinamika : jika A dalam keseimbangan termal dengan B dan B keseimbangan termal dengan C maka C juga dalam keseimbangan termal dengan A.

1.2 Hukum – Hukum Gas
                                                PV = nRT …..(1)
Dimana konstanta gas (R) sama untuk setiap gas, persamaan ini disebut persamaan keadaan gas sempurna. Persamaan 1 adalah hukum perbatasan, dengan pengertian semua gas memenuhi pada batas tekanan nol. Gas ini secara tepat disebut gas ideal atau gas sempurna. Gas nyata adalah gas sebenarnya, seperti hidrogen, oksigen atau udara, yang mematuhi persamaan 1 dengan tepat kecuali pada batas tekanan nol.
Nilai konstanta gas dapat diperoleh dengan mengevaluasi PV/nT untuk gas pada batas tekanan nol. Namun nilai yang paling tepat dapat diperoleh dengan mengukur suara didalam gas tekanan rendah dan mengekstrapolasikan nilainya ke tekanan nol :
                                 R = 8,314 JK-1 mol-1
                                                                                                                 (P.W.Atkins.1999)
Dengan menimbang sevolume tertentu gas pada P dan T tertentu dengan memakai rumus diatas dapat ditentukan berat molekul.
1.      Cara regnault
         Dipakai untuk menentukan BM zat pada suhu kamar berbentuk gas untuk itu suatu bola gelas (300-500cc) dikosongkan ditimbang kembali dari tekanan dan temperatur gas dengan memakai rumus diatas dapat ditentukan M berat gas adalah selisih berat kedua penimbangan.
2.      Cara victor meyes
Dipakai untuk menentukan BM zat cair yang mudah menguap. Alat ini terdiri dari tabung B (± 500cc) yang didalamnya dimasukkan pula tabung C. Tabung A berisi zat cair dengan titik didih ± 30oC lebih tinggi dari zat cair yang akan ditentukan BM nya.
3.      Cara himiting density
BM yang ditentukan berdasarkan hukum – hukum gas ideal hanya kira – kira, namun hasilnya telah cukup untuk penentuan rumus – rumus molekul. Hal ini disebabkan karena hukum gas ideal sudah menyimpang, walaupun pada tekanan atmosfer.
Salah satu cara yang tepat untuk menentukan BM ialah cara himiting density. Cara ini berdasarkan rumus gas ideal :

                        PV = nRT
                        PV =w/m x RT ; P = w/v x RT/m
                                                     = d x RT/m
                                                 d / p RT/m = Tetap
Dimana d / p untuk gas ideal tetap, tidak tergantung P.
                                                                                        (Sukardo.1990)

BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
-    Erlenmeyer
-    Oven
-    Neraca ohaus
-    Jarum
-    Desikator
-    Pipet gondok
-    Bulp

3.1.2 Bahan
-    Aluminium foil
-    Karet
-    Kloroform
-    Aquadest

3.2 Prosedur Percobaan
-    Diambil sebuah erlenmeyer berleher kecil yang bersih dan kering
-    Ditutupi labu tersebut dengan meggunakan aluminium foil, lalu dikencangkan tutup tadi dengan menggunakan karet gelang
-    Ditimbang labu erlenmeyer beserta aluminium foil dan karet gelang tadi dengan menggunakan neraca ohauss.
-    Dimasukkan 5 ml cairan volatil di dalam labu erlenmeyer, kemudian ditutup kembali dengan karet gelang sehingga tutup ini bersifat kedap gas.
-    Digunakan sebuah jarum dan dibuatlah sebuah lubang kecil pada aluminium foil agar uap dapat keluar.
-    Dimasukkan labu erlenmeyer dalam sebuah oven bersuhu ± 100 oC sedemikian sehingga ± 1 cm di bawah aluminium foil.
-    Dibiarkan labu erlenmeyer tersebut di dalam penangas air hingga semua cairan volatil menguap. Dicatat temperatur di dalam oven tersebut.
-    Setelah semua cairan volatil dalam labu erlenmeyer menguap, diangkatlah labu tersebut  dari oven tersebut.
-    Dimasukkan labu dalam desikator untuk mendinginkan erlenmeyer selama ± 15 menit.
-    Ditimbang labu erlenmeyer yang telah dingin tadi dengan menggunakan neraca ohaus (aluminium foil dan karet gelang jangan dilepas sebelum erlenmeyer ditimbang).
-    Ditentukan volume labu erlenmeyer dengan jalan mengisi labu Erlenmeyer dengan air hingga penuh dan diukur massa jenis air yang terdapat di dalam erlenmeyer.
-    Diukur temperatur air yang terdapat dalam labu erlenmeyer. Volume air bisa diketahui bila massa jenis air pada temperatur air dalam labu erlenmeyer diketahui dengan menggunakan rumus ρ = m/V.
-    Diukur tekanan atmosfer dengan menggunakan barometer.

BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan
-    Massa labu erlenmeyer+aluminium foil+karet = 113,6 gr
-   Massa labu erlenmeyer, aluminium foil, karet gelang dan    kloroform = 115,1gr
-     Massa kloroform 5 ml                     = 1,5 gr
-     Massa labu erlenmeyer dan air       = 395,9 gr
-     Massa labu Erlenmeyer = M           = 101,3 gr
-     Massa air sebeumnya                      = 297,6 gr
-     Temperature oven                           = 100 oC
-   Temperatur air yang dalam labu Erlenmeyer = T=  28 oC
-   Tekanan atmosfer, P                                       = 1 mmHg


4.3 Pembahasan
            Prinsip percobaan BM ini adalah menentukan suatu berat molekul dari senyawa volatil, yaitu CHCl3 dengan menggunakan proses penguapan cairan volatil dan pengumpulan uap air yang akan diserap oleh desikator. Uap yang telah lepas inilah yang pada erlenmeyer yang akan ditimbang dan ditentukan berat molekul dari cairan volatil ini. Syarat untuk memudahkan dalam penentuan berat molekul senyawa volatil ini adalah kemampuan dari suatu cairan yang mudah menguapdan harus sesuai dengan hukum gas ideal.
            Pada percobaan ini diperlukan faktor koreksi, karena nilai BM hasil perhitungan akan mendekati nilai sebenarnya, tetapi sebenarnya mengandung kesalahan dan tidak semua uap cairan kembali terbentuk cairan lagi, sehingga masa cairan yang sebenarnya harus ditambahkan dengan massa udara yang tidak masuk kembali ke dalam labu erlenmeyer, karena adanya uap caian yang tidak mengembun.
            Faktor utama kesalahan pada praktikum ini adalah adanya uap cairan yang tidak kembali terbentuk cairan/tidak mengembun lagi sehingga massa cairannya (kloroform) yang didapat bukan massa kloroform sebenarnya. Selain itu, pada proses penimbangan, alat yang digunakan tidak begitu teliti dan pada saat pembacaannya kurang teliti.
            Dengan data yang diolah diperoleh berat molekul secara praktek yaitu 155, 267 gr/mol sedangkan berat molekul secara teoritis diperoleh 163,8174 gr/mol. Hasil yang diperoleh jauh berbeda (kurang) itu disebabkan karena adanya fakor kesalahan utama yaitu cairan volatil yang telah menguap tidak mengembun lagi atau tidak kembali berbentuk cair lagi.
            Metode lain yang digunakan yaitu:
1.      Cara Regnault
Dipakai untuk menentukan BM zat pada suhu kamar berbentuk gas. Untuk itu suatu bola gelas (300-500 cc) dikosongkan dan ditimbang, kemudian diisi dengan gas yang bersangkutan dan ditimbang kembai. Dari tekanan dan temperature gas dengan memakai rumus:

2.      Cara Victor Mayer
Dipakai untuk menentukan BM zat cair yang mudah menguap. Alat ini terdiri dari tabung B (± 50 cc) yang di dalamnya dimasukkan pula tabung C, tabung A berisi zat cair dengan titik didihnya ± 30 oC lebih tinggi dari zat cairyang akan detentukan BMnya.

3.      Cara Limiting Density
BM yang ditentukan bisa menggunakan metode ini berdasarkan rumus gas ideal :

Dimana d/p untuk gas ideal tetap, tidak tergantung P.

            Metode ini tidak valid, karena hasil yang diperoleh tidak sama dengan literatur, karena BM CHCl3 secara teori  adalah 163,817 gr/mol sedangkan secara teori adalah155,267 gr/mol

BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
-          Pada percobaan ini diperoleh berat molekul kloroform adalah 155, 267 gr/mol
-          Kegunaan kloroform dalam kehidupan sehari-hari adalah:
o   Pelarut untuk lemak ”dry cleaning”
o   Obat bius
o   Pelarut efektif untuk senyawa organik
-          Kloroform memiliki berat molekul tetrahedral dengan rumus molekul CHCl3, memiliki massa molar 119, 38 gr/mol densitas = 1, 48 g/cm3, titik leleh -63,5 oC, titik didih 61,2 oC serta kelarutan dalam air 0,8 g/100 ml pada 20 oC, dan berbau bebas khas serta berupa cairan yang mampu membuat yang menghirupnya pingsan, tidak sadarkan diri.

5.2 Saran
            Sebaiknya pada percobaan ini menggunakan sampel lain seperti eter, etanol, heksena, dan lain-lain serta dapat menggunakan metode lain yaitu menggunakan metode regnault atau victor mayer agar percobaan ini lebih bervariasi lagi.

DAFTAR PUSTAKA

Atkins, P. W. 1999. Kimia Fisika Jilid 1. Jakarta : Erlangga

Keenan, dkk. 1996. Kimia untuk Universitas Jilid 4. Jakarta : Erlangga.

Sukardjo. 1990. Kimia Fisika. Jakarta : Rineka Cipta

SKRINING FITO KIMIA ( KIMIA ORGANIK 2)


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
             Sejak abad ke-17 orang telah dapat memisahkan berbagai jenis senyawa dari sumber-sumber organic, baik tumbuhan, hewan maupun mikroorganisme. Senyawa-senyawa tersebut misalnya asam laktat, morfin, kuinon, mentol, kolesterol, penisilin dan sebagainya. Tidaklah berlebihan bila dinyatakan bahwa ilmu kimia senyawa-senyawa organik yang berasal dari organisme atau disebut juga ilmu kimia bahan alam merupakan bagian yang terpenting dari ilmu kimia organik.
            Hutan tropis yang kaya dengan berbagai jenis tumbuhan adalah merupakan sumber daya hayati dan sekaligus sebagai gudang senyawa kimia berupa senyawa kimia hasil metabolisme primer maupun sebagai sumber senyawa metabolit sekunder. Senyawa kimia beserta derivat-derivatnya yang bermanfaat untuk kehidupan pada tumbuhan merupakan proses yang sangat menarik untuk dipelajari sehingga mendorong perhatian peneliti untuk mengenal dan mengetahui struktur senyawa dengan demikian melahirkan bermacam-macam metode pemisahan dan penentuan karakterisasi senyawa murni fitokimia untuk digunakan dalam bioassay serta pengujian farmakologis.
            Dari pernyataan-pernyataan diatas maka dilakukanlah uji fitokimia yang dapat mendeteksi kandungan senyawa metabolit sekunder pada sampel daun pepaya, daun jarak, kunyit, biji pohon pinang, pare, daun dan batang kangkung serta buncis, yang diduga mengandung senyawa metabolit sekunder seperti alkalolid, triterpenoid/steroid, kuinon, flavanoid, fenolik maupun saponin. Semua kandungan sampel ini akan dapat diketahui setelah percobaan ini berlangsung.


1.2 Tujuan Percobaan
-          Untuk mengetahui hasil pengamatan pada uji kuinon
-          Untuk mengetahui fungsi dari perebusan air pada tiap-tiap uji yang dilakukan
-          Untuk mengetahui hasil pengamatan pada uji saponin

1.3  Prinsip Percobaan
1.3.1        Uji Alkaloid
Pengujian terhadap sampel yaitu daun pepaya, daun kangkung dan buncis yang telah dipotong-potong lalu ditambah dengan CCl4 dan pereaksi Dragendorff. Sampel yang mengandung senyawa alkaloid ketika direaksikan dengan pereaksi dragendorff akan berwarna merah.
1.3.2        Uji Triterpenoid/Steroid
Pengujian terhadap sampel yaitu daun kangkung, daun jarak dan kunyit yang telah dipotong-potong dan ditambah dietil eter kemudian ditambah H2SO4. Sampel yang mengandung senyawa triterpenoid akan berwarna merah ungu untuk steroid yaitu pewarnaan hijau-biru.
1.3.3        Uji Kuinon
Pengujian terhadap sampel yaitu kunyit yang dipotong-potong ditambah dengan dietil eter dan NaOH serta HCl(p). Dalam uji ini apabila sampel kunyit saat ditambah NaOH akan memudarkan warna dari sampel namun apabila ditambahkan HCl(p) warna semula muncul kembali, hal ini menunjukkan bahwa pada kunyit terdapat kandungan senyawa kuinon (zat warna kuinon).
1.3.4        Uji Flavanoid
Pengujian terhadap sampel yaitu daun pepaya, daun kangkung dan kunyit. Sampel yang mengandung senyawa flavanoid ketika ditambahkan serbuk Mg dan HCl(p) akan memberi pewarnaan orange sampai merah.
1.3.5        Uji Fenolik
Pengujian terhadap sampel yaitu pare dan biji pohon pinang. Sampel yang mengandung senyawa fenolik akan berwarna biru-ungu bila ditambahkan FeCl3.
1.3.6        Uji Saponin  
Pengujian terhadap sampel yaitu pare, daun jarak, dan batang kangkung. Sampel yang mengandung senyawa saponin akan memberikan ciri yang khas yaitu busa permanen saat dikocok maupun setelah penambahan HCl(p) akan tetap berbusa.


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

Banyak analisis tumbuhan yang dicurahkan pada isolasi dan identifikasi kandungan sekunder dalam jenis tumbuhan khusus atau sekelompok jenis tumbuhan, dengan harapan ditemukan beberapa kandungan yang strukturnya baru atau tidak biasa. Tetapi, perlu kita ketahui bahwa banyak dari komponen yang mudah diisolasi itu merupakan senyawa yang biasa dijumpai atau terdapat umum dalam tumbuhan. Sukrosa mungkin mengkristal dari pekatan ekstrak air tumbuhan dan sitosterol dari fraksi fitosterol. Komponen yang lebih menarik sering kali berupa komponen yang kadarnya lebih rendah.
Alasan lain melakukan analisis fitokimia ialah untuk menentukan ciri senyawa aktif penyebab efek racun atau efek yang bermanfaat, yang ditunjukkan oleh ekstrak tumbuhan kasar bila diuji dengan sistem biologi. Dalam hal ini kita harus memantau cara ekstraksi dan pemisahan pada setiap tahap, yaitu untuk melacak senyawa aktif tersebut sewaktu dimurnikan. Kadang-kadang keaktifan hilang selama proses fraksinasi akibat ketidakmantapan senyawa berupa kristal tetapi tanpa keaktifan seperti yang ditunjukkan oleh ekstrak asal. Kemungkinan terjadinya kerusakan pada senyawa aktif selama proses isolasi dan pencirian harus selalu tertanam dalam ingatan.
                                                                        ( J. B. Harborner, 19987)
Ø  Terpenoid dan Steroid
Berbagai senyawa yang dibahasa secara tradisional tidak dikelompokkan menjadi satu tetapi biasanya dikelompokkan kedalam minyak atsiri, sterol, alkaloid, pigmen, glikosida jantung, dan sebagainya. Hanya berdasarkan hasil telaah biosintesis terbukti bahwa senyawa tersebut dapat dikelompokkan bersama secara masuk akal sebagai senyawa yang kerangka dasarnya semua baerasal dari asam mevalonat atau prazat sejenisnya. Kesatuan dari segi biosintesis ini tidak berarti terdapat pula kesatuan dalam fungsi atau memang ada kesatuan dalam sifat kimia, yang lebih bergantung pada gugus fungsi ketimbang pada kerangka karbon.
Ketika struktur senyawa kelompok ini diketahui, menjadi jelas bahwa banyak senyawa tersebut yang dapat dianggap terbentuk dari satuan isoprena atau isopentana yang disambungkan dengan berbagai cara dengan berbagai jenis penutupan cincin,  derajat ketidakjenuhan, dan gugus fungsi.
 Susunan yang paling umum rupanya ’kepala ke ekor’ :
dan kaidah ‘kepala keekor’ ini dianggap demikian umum sehingga benar atau tidaknya suatu struktur yang diusulkan dapat dinilai dengan memperhatikan apakah struktur sesuai dengan kaidah ini. Ketika lebih banyak lagi senyawa yang ditemukan, ternyata ada dua kekeculian dari kaidah isoprena ini yaitu telah ditemukan senyawa jenis isoprenoid yang tidak mengandung jumlah satuan isoprena yang genap, dan telah ditemukan juga senyawa susunannya tidak mengikuti susunan kepala-ke-ekor. Istilah ’terpenoid’ disini dipilih untuk semua senyawa yang terbentuk dari satuan isoprena, tanpa memperhatikan gugus fungsi yang ada, sementara terpena mengacu khusus ke hidrokarbon.

1.      Monoterpenoid
Monoterpenoid rupanya terbentuk dari dua satuan isoprena dan biasanya mempunyai sepuluh atom karbon, meskipun ada contoh langka senyawa yang rupanya terbentuk berdasarkan prinsip umum ini tetapi senyawa tersebut kehilangan satu atom karbon atau lebih. Kita mengenal baik senyawa siklik maupun senyawa rantai-terbuka. Dalam kenyataannya, hampir setiap tata susun sepuluh atom karbon yang mungkin tampaknya terdapat dialam. Hanya beberapa dari contoh yang lebih umum disajikan disini untuk memberikan gambaran. Lebih dari seratus berbagai monoterpenoid yang berbeda telah diisolasi dari tumbuhan. Monoterpenoid merupakan komponen utama minyak atsiri dan mempunyai makna ekonomi yang besar sebagai bau-rasa, wewangian, dan pelarut. Monoterpenoid  khas berupa cairan tanwarna, tidak larut dalam air, dapat disuling uap dan berbau harum. Beberapa senyawa bersifat aktif optik. Telaah kimianya dipersulit oleh sukarnya memperoleh senyawa murni dari campuran rumit seperti yang biasanya ditemukan dan oleh mudahnya senyawa mengalami tata ulang.
Banyak jenis monoterpanoid monosiklik mempunyai apa yang disebut kerangka p-mentana :

2. Seskuiterpenoid
Seskuiterpenoid adalah senyawa C15, biasanya dianggap berasal dari tiga satuan isoprena. Seperti monoterpenoid sekuiterpenoid terdapat sebagai komponen minyak atsiri yang tersuling uap, dan berperan penting dalam memberi aroma kepada buah dan bunga yang kita kenal.

3.      Diterpenoid
            Diterpenoid merupakan senyawa C20, yang secara resmi dapat dianggap (dengan beberapa kekecualian) berasal dari empat satuan isoprenoid. Karena titik didihnya yang tinggi, biasanya diterpenoid tidak ditemukan dalam minyak atsiri tumbuhan meskipun beberapa ditepenoid yang bertitik didih rendah mungkin. Senyawa ini ditemukan dalam damar, eksudat berupa gom, dan dalam fraksi bertitik didih tinggi bakdamar yang tersisa setelah penyulingan minyak atsiri.

4.      Triterpenoid
Karena triterpenoid C25 sangat jarang terdapat dalam tumbuhan tinggi, meskipun memang ada, ada kerumitan yang sangat meningkat jika memperhatikan senyawa mulai dari diterpenoid C30. Triterpenoid tersebar luas dalam damar, gabus, dan kutin tumbuhan. Apa yang disebut asam damar adalah asam triterpenoid yang sering bersama-sama dengan Gom polisakarida dalam damar Gom.

Ø  Saponin
Saponin mula-mula diberi nama demikian karena sifatnya yang menyerupai sabun (bahasa latin sapo berarti sabun). Saponin adalah senyawa aktif permukaan yag kuat yang menimbulkan busa jika dikocok dalam air dan pada konsnetrasi yang rendah sering menyebabkan hemolisis sel darah merah. Dalam larutan yang sangat encer saponin sangat beracun untuk ikan, dan tumbuhan yang mengandung saponin telah digunakan sebagai racun ikan selama beratus-ratus tahun. Beberapa saponin bekerja sebagai antimikroba juga.
Dikenal dua jenis saponin-glikosida triterpenoid alkohol dan Glikosida struktur steroid tertentu yang mempunyai rantai samping spiroketal. Kedua jenis saponin ini larut dalam air dan etanol tetapi tidak larut dalam eter.
                                                                        ( Trevor, Robinson. 1995)
Ø  Senyawa Fenol dan Asam Fenolat
Senyawa fenol dan asam fenolat lebih baik dibahas bersam-sama karena biasanya, pada analisis tumbuhan, mereka mengidentifikasi bersama-sama. Hidrolisis jaringan tumbuhan dalam suasana asam membebaskan sejumlah asam fenolat yang larut dalam eter, beberapa diantaranya umum penyebarannya.
Senyawa asam fenolat ada hubungannya dengan lignin terikat sebagai ester atau terdapat pada daun didalam fraksi yang tak larut dalam etanol; atau mungkin terdapat didalam fraksi yang larut dalam etanol, yaitu sebagai glikosida sederhana.

Ø  Flavanoid
Senyawa flavanoid, menurut srukturnya, merupakan turunan senyawa induk flavon yang terdapat berupa tepung putih pada tumbuhan Primula, dan semuanya mempunyai sejumlah sifat yang sama.
Flavanoid terutama berupa senyawa yang larut dalam air. Mereka dapat diekstraksi dengan etanol 70 % dan tetap ada dalam lapisan air setelah ekstrak ini dikocok dengan eter minyak bumi. Flavanoid berupa senyawa fenol, karena itu warnanya berubah bila ditambahkan basa atau amonia; jadi, mereka mudah dideteksi pada kromatogram atau dalam larutan.
Flavanoid umumnya terdapat dalam tumbuhan, terikat pada gula sebagai glikosida dan aglikan flavanoid yang manapun mungkin saja dalam satu tumbuhan dalam beberapa bentuk kombinasi glikosida. Karena alasan itu, maka, dalam menganalisis flavanoid biasanya lebih baik bila kita memeriksa aglikon yang terdapat dalam ekstrak tumbuhan yang telah dihidrolisis sebelum memperhatikan kerumitan glikosida yang mungkin terdapat dalam ekstrak asal.

Ø  Pigmen Kuinon
Warna pigmen kuinon alam beragam, mulai dari kuning pucat sampai ke hampir hitam, dan struktur yang telah dikenal jumlahnya lebih dari 450. walaupun mereka tersebar luas dan strukturnya sangat beragam, sumbangannya terhadap warna tumbuhan tinggi nilai nisbi kecil. Jadi, pigmen ini sering terdapat dalam kulit, galih atau akar, atau dalam jaringan lain (misalnya daun), tetapi pada jaringan tersebut warnanya tertutupi pigmen lain.
Kuinon adalah senyawa berwarna dan mempunyai kromofor dasar seperti kromofor pada benzokuinon, yang terdiri atas dua gugus karbonil yang berkonyugasi dengan dua ikatan rangkap karbon-karbon. Untuk tujuan identifikasi, kuinon dapat dipilah menjadi empat kelompok : benzokuinon, naftokuinon, antrakuinon, dan kuinon isoprenoid. Tiga kelompok pertama biasanya terhidrolisis dan bersifat senyawa fenol serta mungkin terdapat in vivo dalam bentuk gabungan dengan gula sebagai glikosida atau dalam bentuk kuinol tanwarna, kadang-kadang juga bentuk dimer. Dalam hal demikian diperlukan hidrolisis asam untuk melepas kuinon bebasnya. Kuinon isoprenoid terlibat dalam respirasi sel (ubikuinon) dan fotosintesis (plastokuinon) dan dengan demikian tersebar semesta dalam tumbuhan.
                                                            ( J. B. Harborne, 1987)
Ø  Alkaloid
Pada waktu yang lampau sebagian besar sumber adalah pada tanaman berbunga, angiosperma. Pada tahun-tahun berikutnya penemuan sejumlah besar alkaloid terdapat pada hewan, serangga, organisme laut, mikroorganisme dan tanaman rendah. Beberapa contoh yang terdapat pada berbagai sumber adalah isolasi muskopiridin (1) dari sebangsa rusa; kastoramin (2) dari sejenis musang Kanada; turunan pirrol (3), feromon seks serangga; saksitoksin (4), neurotoksik konstituen dari Ganyaulax catenella.
1.      Sifat-sifat Fisika
Kebanyakan alkaloid yang telah diisolasi berupa padatan kristal dengan titik lebur yang tertentu atau mempunyai kisaran dekomposisi.   
                                                            ( Hardjono Sastrohamidjojo.1995)


BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
-          Pisau/cutter
-          Tabung reaksi
-          Rak tabung reaksi
-          Pipet tetes
-          Bunsen
-          Kaki tiga
-          Korek api
-          Beaker glass
-          Penjepit tabung

3.1.2 Bahan
-          Pare
-          Daun kangkung
-          Batang kangkung
-          Daun jarak
-          Buncis
-          Daun pepaya
-          Kunyit
-          Biji pohon pinang
-          Larutan CCl4
-          Larutan H2SO4 (p)
-          Pereaksi Dragendorff
-          Serbuk Mg
-          Larutan HCl (p)
-          Larutan FeCl3
-          Larutan dietil eter
-          Aquadest
-          Larutan NaOH
3.2 Prosedur Percobaan
3.2.1 Uji Alkaloid
-          Daun pepaya dipotong-potong
-          Ditambah 1 pipet CCl4, didiamkan
-          Ditambahkan pereaksi Dragendroff
-          Diamati
-          Diulangi semua perlukan diatas dengan diganti sampel daun pepaya dengan daun kangkung dan buncis

3.2.2  Uji Triterpenoid/Steroid
-          Daun kangkung dipotong-potong
-          Potongan ditambah dietil eter didiamkan
-          Ditambah H2SO4 (p)
-          Diamati
-          Diulang semua perlakuan diatas dengan diganti sampel daun kangkung dengan daun jarak dan kunyit

3.2.3 Uji Kuinon
-          Kunyit dipotong
-          Ditambah dietil eter, didiamkan
-          Ditambah NaOH 3 tetes hingga warna kuning hilang
-          Ditambah HCl (p)
-          Diamati

3.2.4 Uji Flavanoid
-          Daun pepaya dipotong-potong
-          Ditambah air, dididihkan
-          Ekstraknya ditambah serbuk Mg dan HCl (p)
-          Diamati
-          Diulang semua perlakuan dengan diganti sampel daun pepaya dengan daun kangkung dan kunyit

3.2.5 Uji Fenolik
-          Pare dipotong-potong
-          Ditambah air, dididihkan
-          Ekstraknya ditambah 3 tetes FeCl3
-          Diamati
-          Diulang semua perlakuan dengan diganti sampel pare dengan  biji buah pinang

3.2.6 Uji Saponin
-          Pare dipotong-potong
-          Ditambah air, dididihkan
-          Dikocok hingga berbusa
-          Ditambahkan HCl (p), diamati
-          Diulangi semua perlakuan diatas dengan, diganti sampel pare dengan daun jarak dan batang kangkung


                                                   BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
-          Hasil pengamatan pada uji kuinon yaitu pada sampel kunyit menunjukkan hasil yang positif karena warnanya tetapa kembali seperti semula yaitu warna kuning ketika ditambah HCl (p).
-          Fungsi perebusan air pada tiap-tiap uji dilakukan adalah untuk membunuh jaringan yang ada pada tumbuhan dimana untuk mencegah terjadinya oksidasi enzim atau hidrolisis pada bagian tubuh tumbuhan tersebut. Setelah jaringan dalm tubuh tumbuhan tersebut telah mati maka senyawa metabolit sekunder akan lebih mudah dikeluarkan/dideteksi dengan reagen tertentu.
-          Hasil pengamatan pada uji saponin yaitu sampel pare, daun jarak dan batang kangkung dipotong-potong dan pada hasil yang menunjukkan positif adalah pare dengan adanya busa.

5.2 Saran
            Sebaiknya pada uji saponin mencoba untuk mengganti bahan pare dengan labu siam untuk hasil yang bervariasi, atau bisa juga mencoba dengan batang dari daun jarak.


DAFTAR PUSTAKA

Harborne, J. B. 1987. Metode Fitokimia. ITB : Bandung.
Robinson, Trevor. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. ITB : Bandung.
Sastrohamidjojo, Hardjono. 1995. Sintesis Bahan Alam. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta. 

pengunjung